Miris! Guru Pedalaman Tana Toraja Utang Ojek Rp10 Juta Demi Mengajar

Lusiana sudah 22 tahun mengabdikan hidupnya untuk anak-anak di pedalaman

Muhammad Yunus
Jum'at, 19 September 2025 | 16:20 WIB
Miris! Guru Pedalaman Tana Toraja Utang Ojek Rp10 Juta Demi Mengajar
Lusiana Lembang, guru di SDN 3 Mappak, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Perjalanan hanya bisa ditempuh dengan ojek. Biayanya Rp600 ribu. 
  • Dorong motor sambil pikul beras untuk bekal di sekolah selama sebulan
  • Kisah Lusiana menegaskan jurang ketimpangan yang nyata

Berdasarkan lampiran beleid tersebut, pada poin keenam 8 Program Hasil Terbaik Cepat, tertulis kenaikan gaji bakal diberlakukan untuk ASN, TNI/Polri, dan pejabat negara.

Sementara dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2024 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025 yang sebelumnya, tidak tertulis ada kenaikan pejabat negara.

Pada poin keenam tertulis gaji ASN guru dan dosen termasuk yang dinaikkan.

Presiden Prabowo Subianto menegaskan kenaikan gaji itu sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan aparatur negara.

Baca Juga:Viral Siswa Aniaya Guru Disaksikan Polisi, Publik Geram!

Namun, bagi Lusiana dan tiga rekannya di Mappak, kenaikan gaji hanyalah kabar jauh. Hak dasar mereka berupa tunjangan khusus yang dijanjikan negara justru tidak sampai.

Lusiana sudah dipanggil dalam rapat dengar pendapat bersama komisi I DPRD Tana Toraja. Mereka dijanji tunjangan tersebut akan segera cair.

Namun, kisah Lusiana menegaskan jurang ketimpangan yang nyata. Pemerintah pusat bisa cepat mengurus kenaikan gaji pejabat, tetapi lamban menjamin hak guru yang menjadi ujung tombak pendidikan di pelosok negeri.

Hidup di Tengah Keterbatasan

Sehari-hari, Lusiana tinggal di rumah dinas sederhana yang dibangun secara gotong royong oleh warga setempat.

Baca Juga:100 Ribu Guru di Sulsel Bakal Nikmati Makan Bergizi Gratis

Kayu-kayu dipikul dari hutan tanpa bayaran, hanya demi memastikan para guru punya tempat berteduh.

"Nanti pulang ke rumah di akhir bulan. Jadi kita ke rumah untuk ambil kebutuhan pokok," sebutnya.

Sudah tiga tahun lebih ia hidup dengan fasilitas seadanya. Kelas jauh itu memiliki enam ruang, tiga di antaranya harus dipakai untuk mengajar dua kelas sekaligus.

Jumlah siswanya hanya 21 orang. Lusiana mengajar kelas rangkap. Kelas 1 digabung dengan 2, 3 dengan 4, dan 5 dengan 6.

Di tengah keterbatasan jaringan internet, ia dan murid-muridnya harus naik bukit sejauh 1,5 kilometer hanya untuk mendapat sinyal telepon. Listrik pun mengandalkan turbin kecil yang mati bila debit air menurun.

Meski penuh kesulitan, semangat anak-anak di Mappak tak pernah surut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini