Oksigen diberikan melalui alat bantu seperti masker wajah, kanula hidung, atau ruang hiperbarik, tergantung pada kondisi pasien dan tujuan terapi.
Secara medis, terapi ini bertujuan meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh agar fungsi organ tetap optimal.
Terutama pada penderita penyakit paru-paru seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), pneumonia, asma parah, atau gagal jantung.
Terapi oksigen juga sering diberikan kepada bayi prematur, penderita COVID-19 berat, hingga pasien yang mengalami keracunan karbon monoksida.
Baca Juga:Angka Kematian Meningkat! Menag Desak Evaluasi Layanan Kesehatan Haji
Sejak Kapan Terapi Oksigen Digunakan?
Penggunaan oksigen sebagai terapi medis pertama kali tercatat pada akhir abad ke-18, tepatnya pada tahun 1774, ketika Joseph Priestley berhasil mengisolasi gas oksigen.
Namun, baru pada awal abad ke-20, terapi oksigen mulai digunakan secara luas dalam dunia medis.
Pada tahun 1917, dokter Inggris bernama John Scott Haldane mulai merintis penggunaan oksigen secara sistematis untuk pengobatan.
Ia menemukan bahwa menambah oksigen pada udara yang dihirup pasien dapat memperbaiki kondisi mereka. Penelitian ini menjadi tonggak awal penerapan terapi oksigen dalam praktik medis modern.
Baca Juga:Waspadai TBC pada Anak: Gejala, Ancaman, dan Pentingnya Deteksi Dini
Selanjutnya, pada era Perang Dunia I dan II, terapi oksigen semakin berkembang untuk membantu perawatan tentara yang mengalami luka atau keracunan gas.
Setelah itu, teknologi oksigen medis semakin canggih, ditandai dengan hadirnya tabung oksigen portabel dan ruang hiperbarik.
Terapi Oksigen di Era Modern
Kini, terapi oksigen menjadi bagian penting dalam perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah (homecare), terutama bagi pasien dengan gangguan pernapasan kronis.
Penggunaan oksigen juga dipantau secara ketat oleh tenaga medis agar dosis dan durasinya sesuai kebutuhan pasien.
Meski bermanfaat, terapi oksigen tetap harus dilakukan dengan pengawasan dokter. Terlalu banyak oksigen justru bisa berdampak negatif, seperti merusak paru-paru atau menekan rangsangan pernapasan alami pada pasien tertentu.