Aborsi yang tidak aman atau dilakukan berulang kali dapat menyebabkan kerusakan permanen pada rahim, saluran tuba, atau ovarium. Hal ini bisa mengganggu kemampuan wanita untuk hamil lagi atau meningkatkan risiko kehamilan ektopik (hamil di luar rahim).
e. Risiko Kematian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa aborsi tidak aman adalah penyebab utama kematian ibu di beberapa negara berkembang. Kematian dapat terjadi akibat komplikasi seperti pendarahan, infeksi, atau kerusakan organ vital.
2. Dampak Psikologis Aborsi
Baca Juga:Ular Piton Albino Panjang 4 Meter Ditemukan di Mesin Mobil Warga Makassar
Selain efek fisik, aborsi juga dapat menimbulkan gangguan mental atau emosional yang tak kalah serius, terutama jika keputusan aborsi dilakukan dalam tekanan atau tanpa konseling yang memadai.
a. Rasa Bersalah dan Penyesalan
Banyak wanita mengalami perasaan bersalah atau penyesalan mendalam setelah menjalani aborsi, terutama jika dilakukan karena tekanan dari orang lain atau situasi yang mendesak.
b. Depresi dan Kecemasan
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara aborsi dan peningkatan risiko depresi, gangguan kecemasan, bahkan kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri.
Baca Juga:Janin Ditemukan Terkubur di Belakang Rumah Pelaku Praktik Aborsi Ilegal di Makassar
c. Gangguan Tidur dan Trauma Emosional
Setelah aborsi, sebagian wanita mengalami mimpi buruk, sulit tidur, atau merasa trauma saat melihat anak kecil atau ibu hamil.
Kondisi ini dikenal sebagai Post Abortion Syndrome (PAS), meskipun belum secara resmi diakui sebagai diagnosis medis.
d. Masalah dalam Hubungan Sosial dan Keluarga
Aborsi juga dapat menimbulkan konflik dalam hubungan pasangan atau keluarga, terutama jika keputusan aborsi tidak disepakati bersama.
Bahkan dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan rasa kehilangan dan keterasingan emosional.