Kisah Pilu Warga Selayar, 76 Tahun Indonesia Merdeka Belum Bisa Nikmati Listrik

Harus menggunakan mesin genset untuk mendapatkan listrik

Muhammad Yunus
Minggu, 22 Agustus 2021 | 15:41 WIB
Kisah Pilu Warga Selayar, 76 Tahun Indonesia Merdeka Belum Bisa Nikmati Listrik
Anak-anak di Kampung Jammeng, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan masih mengandalkan lilin dan lampu teplok sebagai sumber penerangan. Daerah ini hanya dialiri listrik 4 jam dalam sehari. [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

SuaraSulsel.id - Provinsi Sulawesi Selatan disebut surplus listrik hingga 602 Megawatt. Dari angka itu, 98,7 persen rumah tangga diklaim sudah teraliri listrik.

Namun data ini dikritik. Karena hanya menghitung kemampuan rumah tangga menyalakan lampu. Sementara, satu persen lebih belum mendapat pasokan.

Satu persennya ini sebagian berada di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Lokasi yang sedang dipoles pemerintah jadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Sepanjang malam, pemukiman warga di Jammeng, Dusun Timoro, Desa Laiyolo Baru, Kecamatan Bontosikuyu nyaris selalu gelap gulita.

Baca Juga:Indonesia Perlu Benahi Pengadaan PLTS Skala Besar Agar Peroleh Harga Listrik Kompetitif

Mesin genset secara swadaya digunakan untuk menyalakan lampu. Empat jam setiap malam. Tapi hanya bagi rumah tangga yang mampu membayar iuran setiap bulannya.

Salah satu warga Jammeng, Risnawati, mengatakan setiap rumah yang ingin tersambung listrik, mesti membayar iuran rutin Rp 25 ribu untuk dua lampu watt rendah. Sementara bagi yang punya TV Rp 50 ribu.

"Masyarakat selama ini penerangannya hanya empat jam dalam semalam. Dari pukul 18.00-22.00 Wita, tapi belakangan dua bulan gensetnya rusak," ujar Risnawati saat berbincang dengan SuaraSulsel.id, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Sebagian masyarakat juga tersambung listrik yang dipanen dari energi matahari sejak tahun 2019. Sebelumnya, masyarakat di dusun ini sama sekali tidak memiliki akses listrik.

Namun, pemakaian genset bukan tanpa keluhan. Dalam sebulan, iuran mesti dibayar rutin, tetapi gensetnya sering mengalami kerusakan.

Baca Juga:Pengguna Listrik dengan Watt Besar Terima Bansos, Mensos: Ada yang Begitu

"Banyak keluhan (pakai genset). Entah karena sering rusak, atau keluhan tagihan yang tidak sepadan dengan pelayanannya," tuturnya.

Kampung Jammeng lokasinya masih satu daratan dengan ibu kota kabupaten. Jaraknya sekitar 25 kilometer.

Namun, sulitnya infrastruktur membuat desa ini masih tertinggal. Transportasi umum juga tidak menjangkau ke sana.

Masalah jaringan seluler pun begitu. Nihil. Jika ada yang mendesak, maka warga harus ke desa tetangga terlebih dahulu.

"Kita harus ke kampung sebelah kalau mau menelpon. Sekitar 10 km, atau mungkin karena kondisi jalannya yang tidak bagus jadi terasa jauh," tuturnya.

Di Jammeng juga ada puskesmas. Namun tenaga kesehatan yang ditugaskan tak ada yang bertahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini