Dinilai Hina Tradisi Toraja, Pandji Pragiwaksono Didesak Segera Minta Maaf

Pandji melontarkan materi stand-up yang dianggap menyinggung masyarakat Toraja

Muhammad Yunus
Minggu, 02 November 2025 | 15:45 WIB
Dinilai Hina Tradisi Toraja, Pandji Pragiwaksono Didesak Segera Minta Maaf
Pandji Pragiwaksono [YouTube/Pandji Pragiwaksono]
Baca 10 detik
  • Masyarakat Toraja menilai pernyataan Pandji melecehkan nilai-nilai budaya dan adat mereka
  • Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo’ bukan pesta kemewahan, melainkan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal
  • Berbagai komunitas dan pemerhati budaya turut menyerukan permintaan maaf terbuka dari Pandji

SuaraSulsel.id - Potongan video berdurasi singkat yang menampilkan komika Pandji Pandji Pragiwaksono mendadak viral di media sosial.

Dalam cuplikan itu, Pandji melontarkan materi stand-up yang dianggap menyinggung masyarakat Toraja.

Ia menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian.

Bahkan menggambarkan jenazah keluarga yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, tepat di depan televisi.

Baca Juga:Festival Kopi Toraja Utara, UMKM dan Wisatawan Mancanegara Bertemu di Satu Meja

"Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya," ujar Pandji dalam video tersebut.

"Dan banyak yang ga punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor," sebutnya disambut tawa penonton.

Namun di luar panggung, tawa itu berubah menjadi gelombang amarah. Potongan tersebut menuai kecaman, terutama dari kalangan masyarakat Toraja yang menilai pernyataan Pandji melecehkan nilai-nilai budaya dan adat mereka.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menjadi salah satu yang paling vokal menyuarakan keberatan.

Ia menilai materi yang dibawakan Pandji bukan sekadar candaan, tetapi bentuk penghinaan terhadap adat istiadat Toraja.

Baca Juga:Miris! Guru Pedalaman Tana Toraja Utang Ojek Rp10 Juta Demi Mengajar

"Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon," kata Amson.

"Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung," tegasnya.

Menurut Amson, praktik menyimpan jenazah dalam tradisi Toraja tidak dilakukan sembarangan. Jika keluarga belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo’-upacara kematian khas Toraja-jenazah, maka akan disemayamkan di ruang khusus. Bukan di ruang tamu seperti yang disampaikan Pandji.

"Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan lebih dulu. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV," tegasnya.

Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo’ bukan pesta kemewahan, melainkan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.

Upacara ini mencerminkan nilai kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang. Di balik prosesi yang megah, tersimpan filosofi tentang solidaritas sosial dan penghargaan terhadap kehidupan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini