Bagi Ambo Sakka, ibadah haji bukan hanya soal memenuhi kewajiban. Ini tentang perjalanan batin, tentang menemani perempuan yang paling berjasa dalam hidupnya.
Tentang menggenggam tangan ibu di hadapan Ka'bah, dan memanjatkan doa bersama dalam pelukan langit Makkah.
“Bisa mencium Hajar Aswad mungkin adalah impian banyak orang,” lanjutnya.
“Tapi bagi saya, bisa memapah ibu tawaf di Masjidil Haram adalah mimpi yang lebih besar.”
Baca Juga:37 Warga Sulsel Ditangkap di Tanah Suci: Pelajaran Pahit Haji dengan Visa Ziarah
Kisah Ambo Sakka sampai ke telinga Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Makassar, H. Irman, yang memberikan apresiasi langsung.
“Ini adalah bukti bahwa ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga spiritual yang sarat makna,” ucap Irman.
“Semangat dan ketulusan Ambo Sakka menjadi pelajaran bagi kita semua akan pentingnya memuliakan orang tua.”
Tak semua orang mampu menunda keinginan besarnya. Tak semua anak mampu mengutamakan kebahagiaan orang tua di atas ambisinya sendiri.
Tapi Ambo Sakka telah membuktikan. Bahwa surga memang berada di bawah telapak kaki ibu, dan terkadang untuk mendekati surga, kita harus bersedia berjalan lebih lama—bersama orang yang paling kita cintai.
Baca Juga:Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2025, BRI Siap Proaktif dalam Pelayanan Haji
Kini, saat pesawat jamaah haji siap lepas landas, Ambo Sakka menggenggam erat tangan ibunya. Ada air mata yang jatuh diam-diam. Bukan karena lelah, bukan karena takut.