SuaraSulsel.id - Di tengah lautan manusia yang bersiap menunaikan rukun Islam kelima, terselip kisah yang tak sekadar soal perjalanan ke Tanah Suci.
Kisah ini tentang kesabaran, cinta tak bersyarat, dan pengorbanan seorang anak kepada ibunya—yang membuat ibadah haji tak hanya bermakna secara spiritual, tapi juga menyentuh nurani siapa saja yang mendengarnya.
Namanya Ambo Sakka, seorang pria asal Kota Makassar. Ia seharusnya berangkat haji pada tahun 2021.
Semua persiapan sudah matang. Dokumen lengkap, fisik prima, hati pun telah siap menyambut panggilan Ilahi.
Baca Juga:37 Warga Sulsel Ditangkap di Tanah Suci: Pelajaran Pahit Haji dengan Visa Ziarah
Namun ketika tahu ibunya belum mendapat porsi keberangkatan dan baru dijadwalkan pada tahun 2025, Ambo Sakka tak ragu membuat keputusan besar.
Menunda hajinya selama empat tahun.
“Saya yakin, berhaji bersama ibu adalah mimpi terbesar kami,” ucapnya pelan, suaranya bergetar.
“Saat tahu porsi ibu belum bisa masuk tahun 2021, saya langsung putuskan untuk menunda keberangkatan. Alhamdulillah, tahun ini kami bisa berangkat bersama.”
Usia sang ibu kini 75 tahun. Tak muda lagi. Setiap hari selama empat tahun penantian, Ambo Sakka tak henti berdoa agar ibunya diberi kesehatan dan umur panjang.
Baca Juga:Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2025, BRI Siap Proaktif dalam Pelayanan Haji
“Saya takut beliau tidak sempat. Tapi Allah Maha Baik,” katanya lirih, mata berkaca-kaca.
Bagi Ambo Sakka, ibadah haji bukan hanya soal memenuhi kewajiban. Ini tentang perjalanan batin, tentang menemani perempuan yang paling berjasa dalam hidupnya.
Tentang menggenggam tangan ibu di hadapan Ka'bah, dan memanjatkan doa bersama dalam pelukan langit Makkah.
“Bisa mencium Hajar Aswad mungkin adalah impian banyak orang,” lanjutnya.
“Tapi bagi saya, bisa memapah ibu tawaf di Masjidil Haram adalah mimpi yang lebih besar.”
Kisah Ambo Sakka sampai ke telinga Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Makassar, H. Irman, yang memberikan apresiasi langsung.
“Ini adalah bukti bahwa ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga spiritual yang sarat makna,” ucap Irman.
“Semangat dan ketulusan Ambo Sakka menjadi pelajaran bagi kita semua akan pentingnya memuliakan orang tua.”
Tak semua orang mampu menunda keinginan besarnya. Tak semua anak mampu mengutamakan kebahagiaan orang tua di atas ambisinya sendiri.
Tapi Ambo Sakka telah membuktikan. Bahwa surga memang berada di bawah telapak kaki ibu, dan terkadang untuk mendekati surga, kita harus bersedia berjalan lebih lama—bersama orang yang paling kita cintai.
Kini, saat pesawat jamaah haji siap lepas landas, Ambo Sakka menggenggam erat tangan ibunya. Ada air mata yang jatuh diam-diam. Bukan karena lelah, bukan karena takut.
Tapi karena rasa syukur yang dalam—bahwa akhirnya, mereka bisa menjemput panggilan suci… bersama.
Sebanyak 386 calon haji asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 1 Embarkasi Makassar masuk Asrama Haji Sudiang Makassar.
"Seluruh calon haji Kloter 1 ini asal Makassar, sudah masuk tadi pagi dan akan diberangkatkan pada Jumat (2/5) sekitar pukul 03.00 WITA dini hari," kata Kepala Kanwil Kemenag Sulsel H Ali Yafid, di Makassar, Kamis 1 Mei 2025.
Ia mengatakan, sistem layanan jamaah calon haji diberlakukan one stop service atau layanan satu pintu.
"Hal ini akan memudahkan jamaah menyelesaikan semua persyaratan dalam satu ruangan dengan efisiensi waktu," ujarnya.
Menurut dia, layanan satu pintu itu penting agar jamaah calon haji dapat beristirahat dengan baik sebelum terbang ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji.
Sementara itu, salah seorang calon haji Kloter 1 asal Makassar, Muh Lutfi mengatakan, semua layanan yang diberikan pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Makassar cukup baik.
"Pelayanan yang diberikan cukup baik dan juga terdapat layanan khusus bagi para lansia," katanya.
Ia mengemukakan, mulai dari proses pemanggilan bagi lansia yang sudah tiba jadwal berhajinya.
Masing-masing didatangi di rumahnya, selanjutnya dicarikan pendamping dari pihak keluarga yang juga sudah mendaftar calon haji.
"Seperti bapak saya yang sudah lansia, dicari anaknya untuk mendampingi, kebetulan sayalah yang diberi kesempatan mendampingi," katanya.