"Tapi sudah jarang digunakan karena air tidak mengalir. Krannya rusak, longgar," ungkapnya.
Ia mengaku sudah beberapa kali mengadukan soal kerusakan toilet ke pengurus sekolah. Namun mereka juga tak bisa berbuat banyak karena sekolah tak punya anggaran perbaikan.
Kondisi yang sama terjadi di SMPN 24 Makassar dan SD Sambung Jawa. Toilet terlihat baru dibersihkan setelah berita viral di media sosial.
"Kalau disini hanya kran airnya dan cermin yang rusak. Jadi anak-anak kalau mau kencing atau buang air besar bawa air sendiri. Kalau cermin ini, lemnya tembus jadi berwarna biru bentuknya," kata salah satu penjaga sekolah yang enggan disebut namanya.
Diketahui, pembangunan toilet ini tersebar di beberapa sekolah di 15 kecamatan. Setiap kecamatan anggarannya berbeda-beda.
Di Kecamatan Mariso misalnya. Ada lima sekolah dengan anggaran Rp1,12 miliar.
Kemudian, lima sekolah di Kecamatan Bontoala menelan anggaran Rp924,2 juta, tujuh sekolah di Kecamatan Mamajang dianggarkan Rp1,61 miliar.
Enam sekolah di Kecamatan Tamalate Rp1,29 miliar, delapan sekolah di Kecamatan Manggala senilai Rp2,64 miliar, Enam sekolah di Kecamatan Ujung Tanah, Rp1,10 miliar.
Kemudian, sembilan sekolah di Kecamatan Rappocini dengan anggaran Rp1,76 miliar, enam sekolah di Kecamatan Tamalanrea, Rp1,25 miliar, tiga sekolah di Kecamatan Wajo, Rp739 juta.
Baca Juga:Diperiksa Kejaksaan, Kepala Dinas Pendidikan Makassar Dukung Langkah APH Selidiki Kasus Smart Toilet
Untuk Sangkarrang Rp1,04 miliar, Kecamatan Tallo Rp821,8 juta, Kecamatan Panakkukang Rp1,08 miliar, Kecamatan Makassar Rp390,1 juta, Kecamatan Biringkanayya Rp2,68 miliar dan Kecamatan Tallo terkhusus Pulau Lakkang Rp377 juta.