Awalnya, kata Syamsul penjaga taman bernama Maswandi menyerahkan buku rekening Sulselbar tersebut. Saat itu mereka sedang melakukan kunjungan ke kawasan Pucak di Maros.
Kepada Syamsul, Maswandi mengaku buku rekening itu diminta Nurdin untuk diberikan kepadanya. Namun buku rekening tersebut atas nama panitia pembangunan masjid di kawasan Pucak, Maros, bukan atas nama pribadi.
"Jadi saya lapor ke pak NA. Ini buku rekening apa pak, dia bilang itu rekening untuk pembangunan masjid," ujar Syamsul.
Nurdin Abdullah kemudian menyuruh Syamsul agar memberitahu Ardi untuk mengisi rekening tersebut. Ardi diperintahkan mentransfer Rp300 juta.
Baca Juga:Jaksa KPK Ingin Buktikan Pembangunan Masjid Nurdin Abdullah Langgar Aturan
Setahu Syamsul, uang Rp300 juta yang ditransfer ke rekening masjid itu berasal dari rekening Sulsel Peduli Bencana. Karena Ardi sempat melaporkan bahwa sisa saldo di rekening Peduli Bencana masih ada Rp2 miliar.
"Setahu saya uang Rp300 juta itu sebelumnya ada di bank Mandiri atas nama Sulsel Peduli Bencana. Jadi saldo Rp300 juta ini dialihkan ke bank Sulselbar," beber Syamsul.
Syamsul mengaku Nurdin Abdullah sendiri yang memerintahkan agar uang di rekening Peduli Bencana dialihkan ke rekening panitia pembangunan masjid. Uang itu untuk membeli material bangunan dan membayar gaji tukang.
"Pak Nurdin yang perintahkan bahwa kasih tahu Ardi ambilkan uang itu untuk panitia masjid," ungkapnya.
Kartu ATM
Baca Juga:Preman Kampung Tantang Duel Wartawan di Manapun, Ketua PWI Tak Terima dan Lapor Polisi
Pernah juga, kata Syamsul, beberapa hari sebelum operasi tangkap tangan (OTT), Ardi datang ke rumah jabatan. Ardi menitip sesuatu dalam amplop yang isinya kartu ATM.