- Mengekspolitasi anak-anak yang menderita sakit agar pengendara simpati untuk memberi sumbangan
- Hasil pengumpulan donasi dari pengendara yang diperoleh cukup besar
- Hanya sedikit uang donasi yang diserahkan ke keluarga pasien
SuaraSulsel.id - Belasan orang mengatasnamakan relawan dengan modus donasi fiktif membawa poster foto anak-anak miskin penderita penyakit serius.
Diamankan tim terpadu dari Dinas Sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Jadi, para relawan ini tidak terdaftar di Kesbangpol, mengumpulkan donasi di jalan-jalan raya. Dugaannya mengekspolitasi anak-anak yang menderita sakit agar pengendara simpati untuk memberi sumbangan," ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Dinsos Makassar, Muhammad Zuhur, Selasa 7 Oktober 2025.
Modus operandi yang dijalankan para relawan fiktif ini, membawa poster foto-foto anak penderita penyakit kronis untuk menggalang dana.
Baca Juga:Alat Ukur Pedagang Pasar di Kota Makassar Ditera Ulang
Mereka beraksi di sejumlah lampu merah Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jalan Masjid Raya, Jalan Perintis Kemerdekaan serta sejumlah jalan protokol yang ramai pengendara.
Pengungkapan kasus pengumpulan donasi fiktif ini terbongkar setelah tim terpadu menerima laporan dari warga.
Bahwa anak yang dieksploitasi itu sudah lama sembuh dari penyakit yang di deritanya, tapi mereka terus mencari uang di jalanan dengan cara itu.
"Sudah tiga tahun mereka beroperasi, dan laporan mereka juga tidak ada bahwa anak itu sudah sembuh atau belum. Kami telah melakukan asesmen kepada pihak keluarga, ternyata anak tersebut sudah setahun sembuh dan beraktivitas seperti anak lainnya," ungkap Zuhur.
Dari pengakuan mereka, awalnya memang berniat menolong anak tersebut untuk biaya pengobatan mengingat pihak keluarga tergolong tidak mampu sehingga dibentuk relawan.
Baca Juga:Akhirnya! Jalan Hertasning-Aroepala Makassar Siap Dibeton dan Diaspal
Belakangan, niat baik itu malah disalahgunakan setelah melihat hasil pengumpulan donasi dari pengendara yang diperoleh cukup besar hingga mencapai Rp700 ribuan per hari.
"Kalau hasil pengakuan mereka ini, biasanya didapat Rp700 ribuan, dan yang diserahkan hanya Rp200 ribuan untuk orang tua anak ini, selebihnya Rp500 ribu dibagi-bagi untuk kebutuhan pribadi mereka," paparnya.
Selain itu, setelah ditelusuri kelompok-kelompok relawan ini tidak terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemkot Makassar.
Sehingga kuat dugaan yang dilakukan adalah pungutan liar alias pungli.
"Mereka ini melakukan pungli. Kenapa kami menganggap mereka pungli?, karena organisasi mereka itu relawan bukan organisasi terdaftar. Setiap pungutan itu seharusnya di serahkan semua kepada korban. Tapi, kalau ada pemotongan, berarti kami anggap semua pungli," katanya.
Belasan relawan ini telah menjalani pemeriksaan untuk diambil keterangan.