Doa Minta Kaya Tidak Terkabul, Penculik dan Pembunuh Anak di Makassar Tidak Percaya Tuhan

Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto saat menjadi bintang tamu di podcast Deddy Corbuzier

Muhammad Yunus
Kamis, 19 Januari 2023 | 17:04 WIB
Doa Minta Kaya Tidak Terkabul, Penculik dan Pembunuh Anak di Makassar Tidak Percaya Tuhan
Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto saat menjadi bintang tamu di podcast Deddy Corbuzier [SuaraSulsel.id/Tangkapan layar Podcast CloseTheDoor]

SuaraSulsel.id - AD (17), pelaku penculikan dan pembunuhan Muhammad Fadli Sadewa (11) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan disebut tak percaya Tuhan.

Hal tersebut diungkapkan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto saat menjadi bintang tamu di podcast Deddy Corbuzier.

Kata Budhi, pelaku pernah berdoa agar menjadi kaya. Namun, doanya tidak pernah terkabul.

"Si pelaku ini pernah berdoa minta kaya, ternyata gak dibuat kaya. Akhirnya dia tidak percaya sama Tuhan. Ini kan udah ga benar," ujar Budhi.

Baca Juga:Sudah Culik dan Bunuh Korban, Ini Alasan Pelaku Batal Jual Organ Tubuh Anak di Makassar

Dari kasus ini, kata Budhi, orang tua bisa belajar untuk menanamkan pendidikan agama untuk anaknya sejak dini. Menurutnya, keyakinan akan Tuhan adalah pondasi yang sangat utama.

"Dia muslim. Sekolah di swasta, tapi bukan sekolah agama. Lingkungan sekolah ini juga penting. Pendidikan agama kan dari dulu ada," jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan psikologis, kedua pelaku juga dinyatakan normal. Mereka bahkan tidak mengidap psikopat.

"Hasil pemeriksaan psikologis, anak ini mempunyai kecendrungan egosentris dan kurang analisis. Dia bukan psikopat, bukan. Tapi karena faktor lingkungan, sehingga dia punya kontrol dan pengendalian kurang," ujarnya.

Budhi menjelaskan niat pelaku AD dan MF sudah direncanakan sejak tahun 2022. Menurutnya, ada tiga hal yang melatar belakangi peristiwa mengenaskan itu.

Baca Juga:Penculik dan Pembunuh Anak di Makassar Pelajari Penjualan Organ Tubuh Manusia Sejak Kelas 3 SMP

Pertama dari segi sosiologis. Polisi mendalami hubungan pelaku dengan lingkungannya. Baik keluarga, sekolah, dan dunia maya.

"Ternyata, si pelaku ini kesehariannya selalu ditekan oleh orang tuanya. Disampaikan bahwa anak yang tidak berguna, tidak bisa membantu orang tua. Dia tertekan jadi muncul dendam," kata Budhi.

"Jadi anak ini pengen membuktikan ke keluarganya bahwa ia bisa mencari uang. Dia bisa kaya, sehingga muncullah ide yang bersangkutan untuk cari uang," lanjutnya.

Masalah diperparah oleh faktor sosial dan dunia maya. Pelaku kemudian mencari tahu cara mendapatkan uang agar bisa cepat kaya di internet.

"Ternyata dia pernah lihat situs perdagangan organ. Satu lagi menarik. Si pelaku ini pernah melihat perdagangan orang di TV nasional. Bagi kita orang dewasa, tampilan di TV itu tidak jelek tapi anak-anak yang mengkonsumsi ini kan berbeda," jelas Budhi.

Faktor kedua dari aspek psikologis. Kata Budhi, karena adanya tekanan aspek sosiologis tadi, maka sifat pelaku cenderung berubah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini