Andi Sudirman Sulaiman beberapa kali mengucap istighfar. Saat ditelpon oleh Dirjen Dalam Negeri, Akmal Malik pada 28 Februari lalu. Ia diperintahkan mengambil alih pemerintahan di Sulawesi Selatan mulai saat itu.
"Saya bilang Innalillahi. Luar biasa ini cobaan, bukan pekerjaan mudah," ujar Sudirman.
Ia mengaku berat badannya bahkan sempat turun hingga tujuh kilogram. Tugasnya sangat berat, kata Sudirman. Bukan karena pekerjaannya saja, tapi nasib 9 juta warga Sulsel dipikirkannya setiap saat.
Menurutnya, selama menjadi pelaksana tugas adalah ujian. Ia harus ikut sistem pemerintahan. Sangat berbeda dengan sistem di perusahaan.
Baca Juga:Jokowi Akan Lantik Sosok Ini Jadi Kepala Otorita IKN Nusantara Hari Ini
Namun, balik lagi. Ia harus belajar beradaptasi. Termasuk memastikan pelayanan publik dan pemerintahan tetap jalan.
Ia melihat saat ini terlalu banyak kebijakan yang ancamannya selalu berujung pidana. Makanya, sulit untuk berinovasi.
"Kebijakan harusnya tidak boleh kena pidana. Saya misal buat kebijakan, tanda tangan dan sebagainya, gak boleh dipidanakan. Gak boleh harusnya. Tidak boleh ada ancaman pidana untuk itu," tegasnya.
Menurutnya, walaupun pada ujungnya mengakibatkan kerugian negara, ancaman pidana sebenarnya bukanlah solusi.
Kebijakan yang dibuat daerah bisa saja digugat secara perdata. Asalkan, hasil dari kebijakan itu tidak lari ke kantong pribadi.
Baca Juga:Dilantik Presiden Jokowi Besok, Andi Sudirman Sulaiman Akan Jadi Gubernur Termuda di Indonesia
Ia menganalogikan pemerintahan dengan memanjat pohon. Semisal, daerah ingin berinovasi, namun karena terlalu takut dengan ancaman pidana, jadinya hanya diam. Daerah itu tidak berkembang.