SuaraSulsel.id - Andi Sudirman Sulaiman akan tercatat sebagai kepala daerah atau gubernur termuda di Indonesia. Usianya baru 38 tahun.
Sudirman akan dilantik menjadi Gubernur definitif pada Kamis, 10 Maret 2022. Rencananya, Presiden RI Joko Widodo akan melantik Sudirman di istana negara pada pukul 15.00 WIB.
Bagaimana perjalanan karier Andi Sudirman? Dulu, publik mengenal sosok Sudirman karena ia adik mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Sudirman lahir di Kabupaten Bone, 25 September 1983. Ia anak ke-11 dari 12 bersaudara.
Baca Juga:Demokrat: Jika Rakyat Dukung 3 Periode, Jokowi Tetap Harus Tolak karena Alasan Konstitusi
Ayahnya seorang prajurit TNI sekaligus petani. Masa kecilnya disebut dilalui dengan keras.
Untuk bersekolah, Sudirman mengaku harus numpang di rumah kerabat. Jarak rumah dengan sekolahnya dulu cukup jauh. Ada sekitar 15 kilo meter.
Karena menumpang di rumah orang lain, ia harus bekerja keras. Mulai dari mengangkat air, kadang juga masak.
Semasa sekolah, pengalamannya boleh dikata biasa saja. Paling tinggi sebagai pendiri forum pemuda.
Sudirman kemudian menyelesaikan pendidikannya di Unhas pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Unhas, tahun 2005. Disinilah awal prestasinya terukir.
Ia memulai kiprahnya di perusahaan multi nasional. Bekerja bersama tenaga ahli dari luar.
Ia dinobatkan sebagai lulusan tercepat Teknik Mesin angkatan 2001 di Unhas. Ia juga pernah diganjar penghargaan sebagai karyawan terbaik atau Employee of The Year oleh PT Marine Engineering Services, sebuah perusahaan ternama asal Inggris.
Sebelum maju mendampingi Nurdin Abdullah pada tahun 2018, ia bekerja sebagai Technical Services for Subsea Inspection, Maintenance dan Repair (IMR) di salah satu perusahaan asing.
Selama bekerja di perusahaan asing, ia mempelajari banyak hal. Jujur, berintegrasi dan saling menghargai. Itu pedoman hidupnya yang dipegang teguh sampai sekarang.
Kini, beban Sulawesi Selatan ada di pundaknya. Pembangunan, ekonomi, pendidikan dan kesehatan harus dituntaskan sesuai janjinya saat kampanye pemilihan kepala daerah.
Ia bahkan beberapa kali mengucap istighfar. Saat ditelpon oleh Dirjen Dalam Negeri, Akmal Malik pada 28 Februari lalu. Ia diperintahkan mengambil alih pemerintahan di Sulawesi Selatan mulai saat itu.
"Saya bilang Innalillahi. Luar biasa ini cobaan, bukan pekerjaan mudah," ujar Sudirman.
Ia mengaku berat badannya bahkan sempat turun hingga tujuh kilogram. Tugasnya sangat berat, kata Sudirman. Bukan karena pekerjaannya saja, tapi nasib 9 juta warga Sulsel dipikirkannya setiap saat.
Menurutnya, selama menjadi pelaksana tugas adalah ujian. Ia harus ikut sistem pemerintahan. Sangat berbeda dengan sistem di perusahaan.
Namun, balik lagi. Ia harus belajar beradaptasi. Termasuk memastikan pelayanan publik dan pemerintahan tetap jalan.
Ia melihat saat ini terlalu banyak kebijakan yang ancamannya selalu berujung pidana. Makanya, sulit untuk berinovasi.
"Kebijakan harusnya tidak boleh kena pidana. Saya misal buat kebijakan, tanda tangan dan sebagainya, gak boleh dipidanakan. Gak boleh harusnya. Tidak boleh ada ancaman pidana untuk itu," tegasnya.
Menurutnya, walaupun pada ujungnya mengakibatkan kerugian negara, ancaman pidana sebenarnya bukanlah solusi.
Kebijakan yang dibuat daerah bisa saja digugat secara perdata. Asalkan, hasil dari kebijakan itu tidak lari ke kantong pribadi.
Ia menganalogikan pemerintahan dengan memanjat pohon. Semisal, daerah ingin berinovasi, namun karena terlalu takut dengan ancaman pidana, jadinya hanya diam. Daerah itu tidak berkembang.
"Kalau misal lagi manjat terus jatuh, harusnya gak bisa langsung dikubur dong. Karena dia manjat konsekuensinya naik ke atas, turun karena salah pijak. Jatuh aja. Jangan dikubur," ujarnya.
Di sisa waktu masa tugasnya, ia berharap seluruh janji politiknya bisa tuntas. Ia memohon doa dan dukungan dari semua pihak untuk kemajuan Sulawesi Selatan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing