Chris Wibisana (Penulis) :
“Saya tertarik untuk submit karena buku kumpulan cerpen yang mengangkat tema penghilangan paksa dan pelanggaran HAM berat masih sangat sedikit. Selain itu, selama Indonesia merdeka belum ada satupun kasus penghilangan paksa yang mendapatkan penyelesaian yang memuaskan baik secara yuridis maupun sosial. Ketika jalur resmi dibungkam, maka sastra harus bicara.”
“Cerita saya terinspirasi dari buku karangan John Roosa “Buried Histories” mengenai penghilangan paksa di Bali, tetapi saya tambahkan interaksi emosional. Kasusnya memang nyata di Desa Kapal.”
Ari Priyambodo (Adik Bima Petrus Keluarga Korban penculikan 1997/1998, Malang) :
Baca Juga:Catatan KontraS: Polri Lakukan 651 Kasus Kekerasan Selama Setahun, Terbanyak Penembakan
“Aku mengapresiasi buku Berita Kehilangan ini. Kasus ini (penghilangan paksa) berat untuk kami dan keluarga korban lainnya karena hilangnya gak jelas.”
Galih Nugraha Su (Penulis) :
“Buatku gak ada kesulitan selama menulis karena aku cuma menceritakan ulang kisah nenekku yang seorang anggota Gerwani dan keluargaku gak terima kalau orang tuanya bergabung sama organisasi politik. Aku menceritakan tentang nenek melahirkan bapakku di hutan, sampai bagaimana orang tuaku menikah, dan kehilangan-kehilangan lainnya, sampai cerita penggantian identitas dengan nama baru.”
Raisa Kamila (Penulis) :
“Jadi aku butuh waktu untuk memilah cerita, seperti apasih cerita yang harus aku tulis dan bisa kutulis. Dan dari pengalaman dan pemahamanku, aku merasa periode konflik di Aceh itu, sangat merugikan perempuan dan anak anak”
Baca Juga:Jokowi Sering Bilang Tak Masalah Dikritik, KontraS: Tapi Implementasinya Buruk
“Yang saya ingin soroti dari cerita saya adalah tentang bagaimana, orang yang hilang secara bersamaan, tapi yang satu diingat sebagai sosok yang heroik, sosk yang sudah berkorban untuk upaya kemerdekaan. Sementara satunya juga hilang disaat yang sama, tapi dianggap yaudah gitu aja”