2.500 Orang Meninggal di Pulau Buru Maluku, Darah Warga Mengandung Merkuri

Kerusakan lingkungan akibat penambangan emas liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku

Muhammad Yunus
Sabtu, 27 Maret 2021 | 12:05 WIB
2.500 Orang Meninggal di Pulau Buru Maluku, Darah Warga Mengandung Merkuri
Ilustrasi Personel kepolisian dan TNI berjaga di tempat penambangan emas ilegal yang ditutup di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku, Rabu (28/11). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

SuaraSulsel.id - Sesaat sebelum berangkat ke Maluku untuk menjadi Pangdam XVI/Pattimura, Doni Monardo mendapat pesan dari Menteri LHK, Siti Nurbaya. Agar bisa membantu mengatasi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku.

Langkah-langkah yang dilakukan Doni Monardo adalah meminta Tim Kesdam XVI/Pattimura di bawa pimpinan Kolonel dr. Agus mengambil sampel ikan dan biota laut di Teluk Kayaeli, Pulau Buru.

Hasilnya, pada beberapa sampel ditemukan kadar merkuri dan sianida yang melebihi ambang batas.

Doni Monoardo juga meminta dilakukan pemeriksaan darah terhadap warga di sekitar Gunung Botak dan di lokasi pengolahan tambang Merkuri di Negeri Iha dan Negeri Luhu, Seram bagian barat.

Baca Juga:Beri Bantuan ke Nelayan di Maluku, Jokowi: Jangan Dibelikan Handphone!

Hasilnya, sebagian besar penduduk yang diambil darahnya juga memiliki kadar merkuri melebihi ambang batas.

Di sekitar Gunung Botak, sejumlah ternak mati, seperti kambing, kerbau, sapi, bahkan hewan peliharaan seperti anjing. Termasuk laporan ditemukannya buaya mati di sungai dan pantai.

Saya juga mendapatkan laporan bahwa lebih dari 2.500 orang meninggal akibat longsor dan pertikaian selama periode 2010-2015.

Sampai akhirnya Gunung Botak berhasil ditutup pada tanggal 14 November 2015 berkat Kerjasama tim dari KLHK, Pemda, Polda, dan masyarakat, serta media.

"Saya juga melaporkan kepada Presiden Jokowi tentang bahaya merkuri bila dibiarkan. Sebab limbah merkuri bermuara ke laut," kata Kepala BNPB Doni Monardo dalam orasi ilmiah Doktor Honoris Causa di Institut Pertanian Bogor, Sabtu 27 Maret 2021.

Baca Juga:Tinjau Vaksinasi di Ambon, Jokowi: 116 Ribu Warga Maluku Sudah Divaksin

Ikan dan biota laut lainnya, kata Doni Monardo, akan tercemar dan tentunya mengakibatkan mereka yang mengkonsumsi akan terganggu kesehatannya dalam jangka panjang.

Bulan Agustus 2017, atas permintaan Menteri LHK dan atas ijin Panglima TNI, Saya diundang mengikuti Rapat di Komisi VII DPR RI, yang membahas RUU pengesahan Minamata Convention on Mercury.

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi Minamata pada 10 Oktober 2013 di Jepang bersama 128 negara lainnya.

"Hanya saja, saat itu kita belum meratifikasinya," kata Doni Monardo.

Doni Monardo hadir sebagai satu-satunya perwira militer aktif. Memberikan masukan dengan menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dampak penggunaan merkuri di masyarakat.

Akhirnya pada tanggal 13 September 2017, Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Minamata melalui UU No. 11 tahun 2017 Tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury.

"Ada kalimat “the Hungry man becomes angry man”, artinya orang lapar akan mudah marah. Sehingga saya melakukan strategi penyelesaian konflik, melalui keseimbangan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security approach)," ungkap Doni Monardo.

Masalah kesejahteraan dapat berdampak pada ketidakstabilan sosial dan keamanan. Inilah yang menjadi salah satu akar konflik berkepanjangan di Maluku.

Berbagai upaya rekonsiliasi dan deklarasi damai telah dilakukan. Namun, tidak lama setelah deklarasi damai, konflik kembali terjadi.

Program Emas Biru dan Emas Hijau merupakan upaya memangkas ketimpangan sosial, sehingga berhasil merajut kembali tali persaudaraan pela – gandong yang akhirnya melahirkan Emas Putih, yaitu kerukunan, perdamaian, dan toleransi.

Program emas biru pernah ditinjau langsung oleh Presiden Jokowi pada tanggal 9 Februari 2017.

Di atas keramba jaring apung di Teluk Ambon, Jokowi bertanya, “untuk apa ini Pak Doni?” Saya jelaskan, keramba-keramba ini adalah “alat bagi kami” prajurit TNI untuk menyelesaikan konflik. Presiden mengatakan, “Ini yang benar..”, sebanyak tiga kali.

Doni Monardo menyampaikan orasi berjudul Model Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Kampus IPB, Sabtu 27 Maret 2021. Dalam rangka penganugerahan gelar Doktor Kehormatan di Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Dalam orasinya, Doni Monardo mengungkapkan pengalamannya selama bertahun-tahun berlatih di hutan dan penugasan operasi militer di beberapa daerah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini