- Warga mengaku air sering kali tidak mengalir. Bahkan jika mengalir pun kondisinya keruh dan berbau.
- Masalah distribusi air bersih ini paling banyak dirasakan warga di bagian utara Kota Makassar
- Air bersih harus menjadi prioritas utama, karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat
SuaraSulsel.id - Keluhan warga Makassar soal pelayanan air bersih tak ada habisnya. Air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar dinilai masih bermasalah.
Warga mengaku air sering kali tidak mengalir. Bahkan jika mengalir pun kondisinya keruh dan berbau.
Situasi ini sudah berlangsung lama. Tak ada solusi yang jelas dari manajemen PDAM.
Masalah distribusi air bersih ini paling banyak dirasakan warga di bagian utara Kota Makassar. Mereka harus berulang kali menghadapi krisis air bersih, terutama di musim kemarau.
Baca Juga:Kilas Balik Apang Paranggi dan Panada: Manis Gurih Jejak Portugis di Dapur Sulawesi
"Baru mengalir pagi ini, tapi kecil dan berbau. Bayangkan hampir seminggu kami beli air untuk masak dan mandi," ujar Muhlis, warga jalan Gatot Subroto, Senin, 29 September 2025.
Keluhan serupa disampaikan Rahmat, warga Tamalanrea. Ia menuturkan kondisi ini sudah bertahun-tahun terjadi.
Kata Rahmat, kondisi air yang keruh dan berbau menimbulkan kekhawatiran kesehatan dan menodai pakaian jika digunakan mencuci.
"Tidak ada perubahan sama sekali. Bayar iuran tiap bulan, tapi air susah sekali keluar. Ada air begitu mi, bau," keluhnya.
Saat ini distribusi air terganggu di sejumlah titik. PDAM menyebut debit air sedang menurun di Instalasi Pengolahan Air.
Baca Juga:Gubernur Sulsel Gercep! Siapkan Lahan untuk Gedung Pengadilan Militer Tinggi Makassar
Hal tersebut membuat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Makassar berang.
Anggota Komisi B DPRD Kota Makassar, Basdir menegaskan bahwa persoalan air bersih di Makassar sebenarnya sudah berulang setiap tahun.
Namun tidak pernah benar-benar diselesaikan.
"Iya, betul. Ini masalah klasik. PDAM tidak mampu mengatasi," ujarnya saat dikonfirmasi.
Basdir menegaskan, pihaknya sudah berulang kali meminta PDAM menyiapkan langkah jangka panjang. Namun hingga kini belum terlihat hasil konkret.
"Khususnya di utara kota. PDAM tahun ini pernah mencanangkan pembuatan jaringan baru ke utara, tapi sampai sekarang kami belum tahu progresnya. Itu akan kami pertanyakan," tegasnya.
Basdir menyayangkan sikap PDAM yang dinilai lamban. Menurutnya, pelayanan air bersih seharusnya menjadi prioritas utama, karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat.
DPRD berjanji akan memanggil manajemen PDAM dalam waktu dekat. Kata Basdir, mereka akan meminta laporan resmi terkait progres jaringan baru di utara kota dan langkah-langkah yang sudah dijalankan untuk mengurangi gangguan distribusi.
"Kasihan warga. PDAM harusnya lebih serius. Ini sudah bertahun-tahun, tapi tidak ada solusi sama sekali," kata Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Sementara itu, pihak PDAM Makassar membantah jika tidak ada upaya perbaikan.
Kepala Bagian Distribusi dan Kehilangan Air PDAM Makassar, Rommy Arief mengakui sepekan terakhir ada gangguan di sejumlah titik. Penyebabnya karena penurunan debit air baku dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Panaikang, sehingga mengganggu distribusi ke beberapa wilayah.
"Untuk daerah Kapasa, Tamalanrea, dan bagian timur kota memang sempat terganggu. Tapi sekarang sudah kembali normal," jelas Rommy.
Rommy mengakui kondisi jalur distribusi ke beberapa wilayah kota, termasuk Jalan Gatot Subroto memang masih bermasalah. Pihaknya sedang melakukan memaksimalkan pelayanan dari IPA 5 Somba Opu melalui pipa distribusi di Jalan Veteran.
"Ini agar wilayah terdampak tidak semakin meluas akibat kemarau," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya kini tengah memperbaiki 14 titik kebocoran pada saluran air baku. Perbaikan ini penting agar ketersediaan air tetap terjaga sampai musim kemarau berakhir.
Rommy juga menegaskan bahwa PDAM sudah melakukan beberapa langkah jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satunya dengan interkoneksi jaringan pipa IPA 5 Somba Opu dan IPA 2 Panaikang, untuk memperkuat distribusi air ke utara kota.
"Untuk timur kota rencananya akan dibangun IPA baru agar pelayanan lebih maksimal," katanya.
Meski PDAM mengklaim sudah bekerja, warga menilai hasilnya nihil. Mereka tetap menghadapi kesulitan air bersih hampir setiap bulannya.
Kondisi ini membuat mereka harus mencari alternatif lain. Termasuk membeli air galon atau menampung air hujan.
Dari data Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Kecamatan Tallo merupakan satu dari lima kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Makassar sudah sepuluh tahun lebih. Selain itu ada Tamalanrea, Wajo, dan Biringkanaya.
"Kami mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis ini. Demi air gratis, waktu harus rela terbuang dan kesehatan pun dipertaruhkan," ujar Chairperson YYAB, Monica Oudang, beberapa waktu lalu.
Monica mengatakan warga Tallo perlu menempuh jarak hingga cukup jauh menuju sumur air komunal untuk mendapatkan air. Mereka rela mengantri selama tiga jam untuk mendapatkan air yang tidak layak.
Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, mereka mesti membeli air dari depot dan merogoh kocek yang cukup banyak. Bisa sampai Rp300 ribu per bulan.
"Permasalahan krisis air bersih di Tallo ini mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat," kata Monica.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing