"Pedoman ini penting agar pelaksanaan di lapangan lebih terarah," jelasnya.
Sarwono menegaskan, program MBG tidak hanya soal makanan, tetapi juga investasi jangka panjang bagi generasi Indonesia. Ia berharap seluruh elemen masyarakat turut mendukung.
"Program MBG direalisasikan untuk memenuhi asupan gizi anak supaya tetap sehat dan cerdas. Ini bagian dari menyiapkan generasi emas 2045," ujarnya.
Dengan masuknya guru sebagai penerima manfaat, pemerintah berharap kualitas gizi tidak hanya terjaga pada siswa, tetapi juga para pendidik yang menjadi garda depan pembangunan SDM. Kehadiran program ini juga diharapkan mampu meringankan beban ekonomi para guru, khususnya yang bertugas di daerah dengan biaya hidup tinggi.
Baca Juga:11 Pelaku Penjarahan Mesin ATM Bank Sulselbar Telah Ditangkap
Seiring penambahan penerima manfaat, pemerintah juga menaikkan anggaran BGN pada RAPBN 2026. Besarannya melonjak tiga kali lipat menjadi Rp268 triliun.
Dari jumlah itu Rp233 triliun atau 83,4 persen dialokasikan untuk sektor pendidikan, Rp24,7 triliun (9,2 persen) untuk kesehatan, dan Rp19,7 triliun (7,4 persen) untuk ekonomi.
Rinciannya, MBG untuk anak sekolah menyerap Rp34 triliun, sementara program untuk ibu hamil, menyusui, dan balita sebesar Rp3,1 triliun.
Ada pula alokasi untuk belanja pegawai Rp3,9 triliun, digitalisasi Rp3,1 triliun, pemantauan dan pengawasan Rp700 miliar, serta pelatihan tenaga gizi Rp3,8 triliun.
"Dengan tambahan anggaran Rp50 triliun dari pagu indikatif, totalnya kini Rp268 triliun. Ini menjadi fondasi besar bagi keberhasilan program," kata Kepala BGN, Dadan dalam keterangan terpisah.
Baca Juga:Taksi Listrik Modern Pertama di Makassar Resmi Diluncurkan
Kontributor : Lorensia Clara Tambing