2. Dosa Kedua: "Salah Kostum" dan Perlengkapan Seadanya
Mendaki Rinjani dengan sepatu lari, celana jeans, dan jaket hoodie tipis adalah resep jitu menuju bencana.
Suhu di Rinjani bisa berubah drastis. Siang hari bisa panas menyengat, tapi malam hari di Pelawangan atau puncak, suhu bisa anjlok mendekati titik beku, seringkali disertai angin kencang.
Kasus tragis meninggalnya beberapa pendaki karena hipotermia adalah bukti nyata dari kesalahan ini.
Baca Juga:13 Ribu Pendaki Sampai di Puncak Bulu Baria, Gunung Terbersih di Sulawesi Dikelola Bersama Eiger
Cara Menghindarinya, investasikan pada perlengkapan yang layak. Gunakan sepatu hiking yang menutupi mata kaki (tipe high-cut).
Terapkan pakaian sistem layering (lapis). Kenakan base layer yang menyerap keringat, mid layer (polar) untuk kehangatan, dan outer layer (jaket waterproof & windproof) sebagai pelindung utama.
Wajib bawa headlamp dengan baterai cadangan, P3K lengkap, dan jas hujan.

3. Dosa Ketiga: Mengabaikan Prakiraan Cuaca
"Nekat saja, cuaca urusan nanti." Ini adalah pemikiran yang sangat berbahaya.
Baca Juga:8 Anggota Kompala Unifa Ditahan di Pos Bulu Baria Lompobattang, Harus Bayar Denda Rp500 Ribu
Badai di Rinjani datang tanpa kompromi. Terjebak di jalur terbuka saat badai bukan hanya tidak nyaman, tapi juga mengancam nyawa.
Cara Menghindarinya selalu cek prakiraan cuaca dari sumber terpercaya seperti BMKG beberapa hari sebelum pendakian.
Jika cuaca diprediksi ekstrem, jangan ragu untuk menjadwal ulang. Ingat, puncak akan selalu ada di sana, tapi nyawamu hanya satu.
4. Dosa Keempat: Manajemen Logistik yang Amburadul
Kehabisan makanan atau, lebih buruk lagi, air minum di tengah jalur pendakian Rinjani adalah mimpi buruk.
Tubuhmu membakar ribuan kalori dan kehilangan banyak cairan. Tanpa asupan yang cukup, kamu akan cepat lelah, dehidrasi, dan rentan terkena penyakit ketinggian.