7 Dosa Besar Pendaki Gunung Rinjani yang Sering Berakhir Tragedi

Gunung Rinjani. Mendengar namanya saja sudah cukup membuat jantung para petualang berdebar kencang.

Muhammad Yunus
Kamis, 26 Juni 2025 | 18:04 WIB
7 Dosa Besar Pendaki Gunung Rinjani yang Sering Berakhir Tragedi
Gunung Rinjani (Instagram/@gunungrinjani.id)

SuaraSulsel.id - Gunung Rinjani. Mendengar namanya saja sudah cukup membuat jantung para petualang berdebar kencang.

Puncaknya yang menjulang di 3.726 mdpl, pesona Danau Segara Anak yang biru magis, dan lautan awan saat matahari terbit adalah imbalan yang lebih dari sepadan.

Namun, di balik keagungannya, Rinjani adalah guru yang keras. Ia tidak akan segan menghukum siapapun yang datang dengan kesombongan dan persiapan yang minim.

Sayangnya, setiap tahun selalu ada saja berita tentang pendaki yang mengalami kecelakaan, tersesat, hingga meninggal dunia.

Baca Juga:13 Ribu Pendaki Sampai di Puncak Bulu Baria, Gunung Terbersih di Sulawesi Dikelola Bersama Eiger

Sebagian besar insiden ini bukanlah murni nasib sial, melainkan akumulasi dari kesalahan-kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindari.

Bagi kamu yang bermimpi menjejakkan kaki di atap Lombok ini, kenali dan hindari tujuh dosa besar pendaki di Gunung Rinjani berikut ini.

1. Dosa Pertama: Meremehkan Persiapan Fisik

"Ah, yang penting semangat!" Semangat memang perlu, tapi di Rinjani, semangat saja tidak akan membawamu ke puncak.

Banyak pendaki, terutama yang datang dari kota, menganggap enteng tuntutan fisik pendakian ini.

Baca Juga:8 Anggota Kompala Unifa Ditahan di Pos Bulu Baria Lompobattang, Harus Bayar Denda Rp500 Ribu

Mereka lupa bahwa mereka akan berjalan belasan kilometer per hari dengan beban di punggung, melewati tanjakan yang seolah tak ada ujungnya, seperti "Tanjakan Penyesalan" yang legendaris itu.

Akibatnya kelelahan ekstrem di tengah jalur, kram otot, dan mental yang jatuh.

Kondisi fisik yang drop adalah pintu gerbang menuju kesalahan fatal lainnya, seperti kehilangan fokus dan tergelincir.

Cara Menghindarinya. Latih tubuhmu minimal 1-2 bulan sebelum hari-H.

Lakukan latihan kardio seperti lari atau bersepeda untuk stamina, dan latihan beban seperti squat atau naik-turun tangga untuk kekuatan kaki.

Rinjani bukan untuk coba-coba fisik.

2. Dosa Kedua: "Salah Kostum" dan Perlengkapan Seadanya

Mendaki Rinjani dengan sepatu lari, celana jeans, dan jaket hoodie tipis adalah resep jitu menuju bencana.

Suhu di Rinjani bisa berubah drastis. Siang hari bisa panas menyengat, tapi malam hari di Pelawangan atau puncak, suhu bisa anjlok mendekati titik beku, seringkali disertai angin kencang.

Kasus tragis meninggalnya beberapa pendaki karena hipotermia adalah bukti nyata dari kesalahan ini.

Cara Menghindarinya, investasikan pada perlengkapan yang layak. Gunakan sepatu hiking yang menutupi mata kaki (tipe high-cut).

Terapkan pakaian sistem layering (lapis). Kenakan base layer yang menyerap keringat, mid layer (polar) untuk kehangatan, dan outer layer (jaket waterproof & windproof) sebagai pelindung utama.

Wajib bawa headlamp dengan baterai cadangan, P3K lengkap, dan jas hujan.

6 Jalur Pendakian Rinjani.(Instagram/btn_gn_rinjani)
6 Jalur Pendakian Rinjani.(Instagram/btn_gn_rinjani)

3. Dosa Ketiga: Mengabaikan Prakiraan Cuaca

"Nekat saja, cuaca urusan nanti." Ini adalah pemikiran yang sangat berbahaya.

Badai di Rinjani datang tanpa kompromi. Terjebak di jalur terbuka saat badai bukan hanya tidak nyaman, tapi juga mengancam nyawa.

Cara Menghindarinya selalu cek prakiraan cuaca dari sumber terpercaya seperti BMKG beberapa hari sebelum pendakian.

Jika cuaca diprediksi ekstrem, jangan ragu untuk menjadwal ulang. Ingat, puncak akan selalu ada di sana, tapi nyawamu hanya satu.

4. Dosa Keempat: Manajemen Logistik yang Amburadul

Kehabisan makanan atau, lebih buruk lagi, air minum di tengah jalur pendakian Rinjani adalah mimpi buruk.

Tubuhmu membakar ribuan kalori dan kehilangan banyak cairan. Tanpa asupan yang cukup, kamu akan cepat lelah, dehidrasi, dan rentan terkena penyakit ketinggian.

Cara Menghindarinya buat rencana logistik yang matang. Hitung kebutuhan kalori harian dan bawa makanan yang ringan, bernutrisi, dan mudah dimasak.

Bawa air minum lebih dari yang kamu perkirakan butuh. Jangan 100 persen bergantung pada sumber air di gunung yang mungkin debitnya kecil atau kering.

5. Dosa Kelima: Ego Melebihi Logika (Mengabaikan AMS)

Ketinggian 3.726 mdpl membuat siapapun rentan terkena Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian, dengan gejala awal seperti pusing, mual, dan sulit tidur.
Dosa terbesar adalah ketika ego ingin mencapai puncak membuatmu mengabaikan sinyal bahaya dari tubuh sendiri.

Memaksakan diri untuk terus naik saat gejala AMS muncul bisa berakibat fatal.

Cara menghindarinya lakukan aklimatisasi. Naiklah secara perlahan, beri waktu tubuh untuk beradaptasi.

Jika gejala AMS muncul, aturan utamanya adalah jangan naik lebih tinggi.

Berhenti, istirahat, dan jika tidak membaik, segera turun ke ketinggian yang lebih rendah.

6. Dosa Keenam: Tidak Waspada di Titik Rawan

Jalur pendakian Rinjani memiliki beberapa titik yang terkenal sangat berbahaya.

Salah satunya adalah turunan dari Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak, sebuah jalur setapak sempit dengan jurang menganga di sisinya.

Beberapa kecelakaan fatal terjadi di area seperti ini karena pendaki kehilangan fokus atau tergelincir.

Cara menghindarinya simpan tenagamu dan tingkatkan kewaspadaan saat melewati titik-titik rawan.

Jangan terburu-buru, fokus pada setiap langkah, dan jika perlu, gunakan bantuan trekking pole untuk keseimbangan ekstra.

Potret Tatjana Saphira Camping di Gunung Rinjani. (Instagram/tatjanasaphira)
Potret Tatjana Saphira Camping di Gunung Rinjani. (Instagram/tatjanasaphira)

7. Dosa Ketujuh: Tidak Memiliki Rencana Darurat

Berangkat tanpa memberi tahu siapapun, tidak membawa kontak darurat, dan tidak tahu harus berbuat apa saat terjadi insiden adalah kesalahan pamungkas.

Selalu informasikan rencana pendakianmu (jalur, durasi) kepada keluarga, teman, atau petugas di basecamp.

Simpan nomor telepon darurat Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) atau Tim SAR.

Sangat disarankan, terutama bagi pemula, untuk menggunakan jasa pemandu (guide) lokal yang sudah sangat memahami medan dan cara bertindak dalam situasi darurat.

Menaklukkan Gunung Rinjani adalah pencapaian yang membanggakan. Namun, penghargaan terbesar bukanlah foto di puncak, melainkan kembali pulang dengan selamat membawa sejuta kenangan.

Hormatilah alam, persiapkan dirimu dengan baik, dan jangan pernah meremehkan gunung.

Bagaimana menurutmu? Apakah ada kesalahan lain yang menurutmu sering dilakukan pendaki di Rinjani?

Bagikan pendapat dan pengalamanmu di kolom komentar di bawah ini untuk membantu petualang lainnya!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini