SuaraSulsel.id - Subuh itu belum benar-benar terang ketika Inspektur Polisi Satu (Iptu) Noval menapakkan kakinya di Jalan Abubakar Lambogo, Makassar.
Udara masih dingin, dan suasana lengang hanya terganggu oleh suara motor sesekali melintas. Ia tidak sendiri.
Dalam benaknya, hari itu bisa jadi penentu. Bukan hanya soal tugas, tapi juga soal nyawa.
Sebab yang hendak ditangkap bukan penjahat biasa—dia adalah AS (30), alias Aldi Monyet, pelaku begal sadis yang telah lama masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan dikenal licin seperti belut.
Baca Juga:Merinding! Reaksi Spontan Warga Makassar Bikin Petugas Damkar Terharu: 'Lelah Kami Terbayar..'
Sekitar pukul 05.15 WITA, langkah aparat pun bergerak. Informasi yang dikantongi menyebutkan AS tengah berada di salah satu titik di kawasan itu.
Tanpa suara berlebihan, Iptu Noval bersama tim mencoba mendekat. Namun situasi berubah dalam hitungan detik. Upaya penangkapan berubah menjadi pergulatan fisik.
AS, yang sadar dirinya hendak dibekuk, memberikan perlawanan sengit. Keduanya terlibat adu fisik, saling gulat dan tarik-menarik.
Dalam pergulatan itulah, sebuah senjata api—yang hingga kini masih dalam penyelidikan apakah milik pelaku atau milik anggota—meletus.
Proyektil menembus dada kiri Iptu Noval. Ia langsung ambruk di lokasi.
Baca Juga:Geger! Perusahaan Italia Temukan 'Harta Karun' di Selat Makassar, Bahlil: Percepat Eksploitasi
Pelaku melarikan diri, sementara Noval tergeletak di jalanan, bersimbah darah. Tim segera mengevakuasinya ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Di sana, operasi pengangkatan proyektil dilakukan. Beruntung, nyawa sang polisi bisa diselamatkan.
Noval kini dirawat intensif di ruang rawat inap dengan kondisi sadar pasca operasi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Pelabuhan Makassar, AKP Andi Kurniawan, menegaskan bahwa luka tembak itu adalah bukti nyata bagaimana risiko yang dihadapi aparat penegak hukum di lapangan.
“Iptu Noval tertembak saat menjalankan tugas negara. Kami sangat mengecam tindakan kekerasan ini,” ujar Kurniawan kepada wartawan.
Menurutnya, pengejaran terhadap pelaku kini dilakukan secara masif oleh tim gabungan dari Polrestabes Makassar, Polres Pelabuhan Makassar, serta Resmob Polda Sulsel.
Pihaknya berkomitmen bahwa tidak akan ada kompromi terhadap pelaku kejahatan, apalagi yang telah membahayakan nyawa aparat.
Pelaku Sadis dan Rekam Jejak Kejahatan
AS bukan orang baru dalam catatan kriminal. Ia disebut sebagai residivis kambuhan yang telah beberapa kali berurusan dengan hukum.
Tercatat, ada tiga laporan polisi yang menyebut namanya di tiga wilayah berbeda di Makassar. Polres Pelabuhan, Polrestabes, dan Polsek Makassar.
Aksinya tak hanya brutal tapi juga sering melibatkan kekerasan terhadap korban.
"Ini bukan pelaku baru. Sudah lama jadi target kami. Tapi dia licin dan berani," tambah AKP Kurniawan.
Mengenai senjata api yang digunakan untuk menembak Iptu Noval, Kurniawan menyebutkan bahwa pihaknya masih mendalami.
Apakah senjata tersebut adalah senjata milik anggota atau senjata rakitan ilegal. Pemeriksaan balistik terhadap proyektil sudah dilakukan, dan hasil resminya akan diumumkan kemudian.
Dukungan Publik Dibutuhkan
Kejadian ini kembali mengingatkan bahwa aparat penegak hukum tidak bisa bekerja sendirian. Dukungan dan informasi dari masyarakat sangat dibutuhkan.
Kepala Kepolisian mengajak masyarakat untuk turut serta membantu dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing.
“Kami tidak akan mundur. Ini bukan soal satu anggota yang terluka, ini soal kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Pelaku seperti AS adalah ancaman nyata bagi warga, dan kami akan kejar sampai dapat,” tegas AKP Kurniawan.
Komitmen Tak Kenal Lelah
Di tengah kritik publik terhadap kinerja kepolisian, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa masih banyak aparat yang bekerja dengan risiko tinggi demi keamanan masyarakat.
Iptu Noval adalah salah satunya—berani, berdedikasi, dan nyaris kehilangan nyawa dalam menjalankan tugasnya.
Polisi bukan tanpa cela, tapi di saat yang sama, mereka tetap menjadi garis depan dalam melindungi warga dari ancaman nyata di lapangan.
Oleh karena itu, peran serta publik dalam mendukung penegakan hukum yang adil dan tegas menjadi sangat penting.
Kini, tugas besar masih menanti. AS masih buron, dan luka di dada Iptu Noval menjadi saksi bisu bahwa menjaga keamanan bukan sekadar rutinitas, tapi perjuangan yang seringkali dibayar mahal.