Tembok yang Membelah Semangat Unhas

Saya yakin, Prof. Amiruddin menangis lihat ini

Muhammad Yunus
Senin, 14 April 2025 | 13:52 WIB
Tembok yang Membelah Semangat Unhas
Muhammad Ashry Sallatu, dosen FISIP Unhas [SuaraSulsel.id/Dokumentasi Pribadi]

Jawaban itu, kata Ashry, menunjukkan bahwa yang dirasakan bukan batas-batas fakultas, tapi suasana ke-Unhas-an yang menyatu.

Dan di sinilah letak kekhawatiran besarnya. Pagar-pagar fisik yang dibangun justru bisa mengikis solidaritas.

Membuat interaksi antarmahasiswa dari fakultas berbeda jadi makin jarang.

Akibatnya? Muncul asumsi-asumsi negatif, potensi konflik meningkat, dan semangat kolaboratif bisa redup.

Baca Juga:Mau Sukses dan Jadi Orang Kaya? Menteri Pertanian: Hindari Kebiasaan Mengeluh

Indahnya Keterbukaan

Kampus sejatinya bukan tempat untuk menegaskan ego kelembagaan. Ia adalah ruang untuk membuka diri, berbagi ilmu, memperkaya perspektif.

Ketika satu fakultas membangun tembok dengan alasan “menjaga keindahan”, sebenarnya ada pertanyaan penting yang muncul.

Keindahan bagi siapa? Bukankah keindahan justru hadir ketika interaksi tumbuh, saat mahasiswa lintas disiplin bisa bertemu tanpa hambatan?

“Kalau semua sibuk memperindah wilayah sendiri tapi membangun tembok tinggi, itu bukan keindahan. Itu keterasingan,” tutur Ashry.

Baca Juga:Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta

Dengan wajah gelisah, Ashry bilang dengan nada yang setengah bercanda, setengah serius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini