Jejak Sejarah dan Kisah Romantis di Balik Nama Jalan Kota Makassar

Jalan Nusantara, Kajaolalido, Arif Rate dan sekitarnya tidak asing bagi masyarakat kota Makassar

Muhammad Yunus
Senin, 20 November 2023 | 13:50 WIB
Jejak Sejarah dan Kisah Romantis di Balik Nama Jalan Kota Makassar
Suasana Jalan Nusantara, di Kota Makassar sekitar tahun 1900 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Jalan Nusantara, Kajaolalido, Arif Rate dan sekitarnya tidak asing bagi masyarakat kota Makassar. Bagi orang dulu, tempat-tempat ini berkesan dan menyimpan sejuta kenangan.

Sebelum jadi salah satu kota metropolitan di Indonesia, Makassar sudah terkenal sejak tahun 1920-an. Ketika itu Indonesia masih ada di tangan Belanda.

Belanda memiliki arsip lengkap tentang Indonesia. Termasuk foto-foto soal Makassar tempo dulu yang diterbitkan oleh KITLV, sebuah media perpustakaan digital Belanda.

Pada foto-foto tersebut terlihat banyak jalan utama di Makassar yang dikelilingi oleh pohon. Itu karena orang Belanda membawa kebiasaan mereka dari Eropa untuk menanam pohon di tepi jalan.

Baca Juga:Kontes Waria di Kota Makassar Dibubarkan Petugas

Namun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, banyak nama jalan yang penuh cerita dalam bahasa daerah atau bahasa Belanda, berganti nama dikarenakan alasan politik. Hingga pada akhirnya terbentuklah nama jalan yang terdengar lebih nasionalis seperti jalan-jalan pahlawan di daerah, jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Veteran dan lainnya.

Sambil menikmati kemajuan kota Makassar saat ini, yuk, kita lihat lagi kehidupan Kota Daeng ini di tahun 1900-an:

1. Pasar Straat atau Jalan Nusantara

Pasar Straat atau kini berganti jadi nama jalan Nusantara sudah sejak dulu jadi kota perniagaan atau pertokoan. Hal itu bisa dilihat pada kondisi jalan Nusantara yang jadi salah satu pusat perekonomian di kota Makassar.

Pada tahun 1980-an, tempat ini jadi lokasi prostitusi. Di sepanjang jalan berjejer tempat hiburan malam.

Baca Juga:Rekomendasi Kafe Konsep Taman di Kota Makassar, Cocok untuk Nyantai Bareng Keluarga

Namun, tempat esek-esek itu sudah ditutup oleh pemerintah kota Makassar dan dialihfungsikan jadi kawasan kuliner.

2. Hospitaalweg atau Jalan Sudirman

Hospitaalweg atau jalan rumah sakit. Kini berubah nama jadi Jalan Jenderal Sudirman.

Jalan Sudirman dulunya jadi jalan ruas terpanjang di Makassar. Dinamakan jalan rumah sakit karena di jalan itu berdiri rumah sakit Militer, atau sekarang ini dikenal sebagai RS Pelamonia.

RS Pelamonia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1917 dan disebut Militaire Hospital. Di jalan itu juga dibangun gedung sekolah menengah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs alias gedung MULO yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.

3. Prins Hendriklaan atau Jalan Riburane

Sebelum berubah nama jadi jalan Riburane, tempat ini di zaman kolonial Belanda bernama Prins Hendriklaan atau jalan Pangeran Hendrik.

Pangeran Hendrik adalah suami dari ratu Wilhelmina. Ia adalah pangeran pendamping yang menjabat terlama di Belanda.

Di jalan ini Belanda mendirikan gedung Societeit de Harmonie pada tahun 1896 silam. Societeit de Harmonie adalah tempat hiburan malam bagi sosialita Belanda. Mereka menikmati pesta dan berdansa, pertunjukan musik ataupun sandiwara.

4. Komedielaan atau Jalan Kajaolalido

Meski disebut sebagai jalan Komedilaan atau pertunjukan mengundang gelak tawa, tidak ada gedung pertunjukan atau teater yang berdiri di sepanjang ruas jalan ini. Namanya kemudian diubah jadi jalan Kajaolalido setelah Indonesia merdeka.

Kajaolalido merupakan seorang cendekiawan dari Kerajaan Bone.

5. Arendsburg atau Jalan Arif Rate

Arif Rate adalah salah satu tokoh pemuda yang disegani dalam perjuangan rakyat Sulawesi Selatan pada masa revolusi kemerdekaan 1940-an.

Namanya diabadikan jadi nama jalan di Kecamatan Ujung Pandang.

Oleh pemerintah Kolonial Belanda, jalan Arif Rate dulunya bernama Arendsburg berarti jalan burung elang.

Itu karena jalan ini dulu jadi pemukiman warga lokal untuk beternak.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini