Muhadjir Effendy: Kalau Unhas Tidak Bisa, Nanti Saya Cari Perguruan Tinggi Lain

Mengelola sampah di Kota Makassar

Muhammad Yunus
Selasa, 26 Juli 2022 | 17:54 WIB
Muhadjir Effendy: Kalau Unhas Tidak Bisa, Nanti Saya Cari Perguruan Tinggi Lain
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy berbincang dengan Gubernur Sulsel Andi Sudirman, Rektor Unhas Jamaluddin Jompa, dan Ketua IKA Unhas Andi Amran Sulaiman, Selasa 26 Juli 2022 [SuaraSulsel.id/Dokumentasi IKA Unhas]

SuaraSulsel.id - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyoroti masalah pengelolaan sampah di Kota Makassar. Menurutnya, sistem kelola sampah di kota ini belum menunjukkan revolusi mental.

Hal tersebut dikatakan Muhadjir saat melakukan peninjauan Bank Sampah milik Pemerintah Kota Makassar di Kelurahan Paccerakang, Kecamatan Biringkanaya, Selasa, 26 Juli 2022.

Muhadjir melihat, produksi sampah di Kota Makassar belum sebanding dengan cara menanggulanginya. Pemkot Makassar hanya mampu mengolah 10 persen produksi sampah rumah tangga tiap hari.

"Nanti baru dikatakan revolusi mental masyarakat Kota Makassar, kalau mampu mengelola sampahnya 90 persen. Ini baru 10 persen. Masih jauh (revolusi mental)," tegasnya.

Baca Juga:Petugas Bubarkan Peragaan Busana Jalanan di Makassar, Menteri Muhadjir Effendy: Jangan Dilarang, Ada Bosannya Kok Nanti

Itu pun, Pemkot Makassar hanya mengandalkan ulat maggot untuk mengurai sampah organik. Alatnya pun masih minim dan diimpor dari Korea Selatan.

Padahal, kata Muhadjir, alat seperti itu bisa diproduksi oleh perguruan tinggi di Kota Makassar seperti Unhas. Nanti, Kementerian Pendidikan dan pemerintah daerah yang akan menyokong anggarannya.

"Mestinya Unhas bisa. Gandeng Teknik mesin, elektro dan industri. Setidaknya bikin target ada 10 instalasi macam ini. Kalau Unhas tidak bisa, nanti saya carikan perguruan tinggi lain," ungkapnya.

Menurutnya, Makassar sebagai kota besar harus berani menganggarkan masalah penanganan sampah secara besar-besaran. Misalnya, tahun depan menggelontorkan Rp10 miliar khusus untuk pengadaan instalasi ulat maggot.

Sehingga, produksi sampah yang terurai bisa berlipat ganda. Ulat maggot yang tak terpakai lagi juga bisa dimanfaatkan jadi uang.

Baca Juga:Ngawur! Ada Alquran di Dalam Mobil, Pria Ini Geram Kendaraannya Dijejali Sampah Cuma Gegara Salah Parkir

"Kalau itu bisa jadi, maka dikatakan revolusi mental. Kalau ini yang ada sekarang (maggot) baru revolusi mentil ini," tegasnya.

Ia menambahkan, ketua IKA Unhas, Andi Amran Sulaiman bahkan tertarik untuk membeli ulat maggot punya Bank Sampah Makassar. Harganya lebih tinggi dibanding di pasaran yakni Rp20 ribu per kilo gram.

Sayangnya, produksinya saat ini masih minim karena keterbatasan alat. Padahal, jika serius maka bisa menjadi pendapatan asli daerah yang besar bagi warga Makassar.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini