SuaraSulsel.id - Bisnis apapun bisa meroket jika ditekuni. Seperti yang dilakukan Arifuddin Alwi dan istrinya.
Pria berusia 37 tahun itu sukses menjadi pengusaha donat. Dia adalah pemilik dari donat Kampar Galesong.
Donat ini memang sedang viral di kalangan masyarakat Kota Makassar dan sekitarnya. Rasanya yang autentik dan murah membuat usaha Arifuddin bertumbuh pesat.
Arifuddin saat ini punya tiga gerai donat. Dua di Takalar dan satu di Makassar. Nama Kampar diambil dari singkatan Kampung Parang Galesong. Tempat Arifuddin dan keluarganya menetap.
Baca Juga:Cuaca Buruk, Pesawat Lion Air Gagal Mendarat di Bandara Ambon dan Kembali ke Makassar
Ia mengaku dulunya bekerja sebagai konsultan roti dan kue di salah satu perusahaan Belanda, di Makassar. Sejak kuliah, ia sudah menekuni soal bidang tata boga.
Banyak yang menganggap dia adalah mantan karyawan toko donat ternama seperti J.Co atau Dunkin Donat.
"Tapi tidak pernah. Saya konsultan bakery. Saya sering demo masak, jadi belajar dari situ," katanya.
Bermodalkan ilmu itu, Arifuddin mencoba membuat donat. Istrinya yang bertugas mempromosikan di facebook.
Namun untuk mendapatkan rasa seperti sekarang, Arifuddin mengaku butuh waktu. Ia harus mengutak-atik resep berulang kali.
Baca Juga:Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Sidak Stok dan Harga Pangan di Pasar Pabaeng-baeng Makassar
"Saya ingat itu boncengan sama ibu dari lorong ke lorong untuk antar pesanan kalau ada. Dari situ kami mulai berpikir untuk buka usaha (toko)," ujarnya.
Modal Awal Rp500 Ribu
Arifuddin dengan semangat menceritakan perjuangannya mendirikan usaha donatnya itu. Semua berawal dari modal Rp500 ribu.
"Banyak yang tidak percaya kalau modal awal saya hanya Rp500 ribu. Sekarang omzet itu ya relatif, bisa Rp10 juta per toko, dalam sehari," ujar Arifuddin.
Perlahan demi perlahan, donatnya makin diminati. Arifuddin mulai membenahi bisnisnya, dari kemasan hingga varian rasa.
"Di kemasannya itu ada slogan "dari Galesong untuk Indonesia". Mungkin itu juga yang bikin viral," ucapnya kepada SuaraSulsel.id
Sejak itu, penjualannya meningkat. Keuntungan awalnya dipakai untuk membuka toko di Galesong, Kabupaten Takalar.
Ia ingat betul, tujuh tahun yang lalu, Arifuddin hanya membuat donat dari 2 Kg terigu saja. Awalnya memang hanya sekadar coba-coba.
Ternyata penjualan donatnya menanjak. Kini, ia bisa menghabiskan terigu 200 Kg untuk satu outlet dalam sehari.
Arifuddin mengatakan produk donutnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki kompetitor. Antara lain teksturnya yang lebih lembut dan tahan lama.
Sedangkan dari segi harga juga lebih murah. Untuk paket 8 donat saja, harganya hanya Rp26 ribu. Jika beli berkelipatan, lebih murah lagi.
"Donat Kampar digemari karena beda dari donat yang lain. Enak dan murah," ujarnya.
Menurutnya, pelanggan kuenya masih dari Takalar, Gowa, dan Makassar. Saat ini ia memang masih menyasar pelanggan yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Meski demikian, ia sudah bisa meraup omzet hingga puluhan juta per bulan. Terlebih saat hari raya dan hari besar keagamaan tiba, keuntungan meroket.
"Kalau menjelang sore atau akhir pekan, orang antre panjang di sini sampai di jalanan mau beli donat. Polisi sampai datang bilang, kenapa ini macet sekali," sebutnya dengan riang.
Bangun Usaha Tidak Selalu Mulus
Kendati demikian, ia mengaku perjalanan usahanya tidak selalu mulus. Ia harus menghadapi berbagai rintangan saat merintis usaha tersebut.
"Sampai kita dapat kritikan di media sosial, ada yang bilang mau makan donat saja harus antre berjam-jam, mending saya beli donat di mall," katanya.
Pada tahun 2021, Arifuddin memilih untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia ingin fokus untuk bisnis Donat Kampar.
Apalagi saat itu musim pandemi Covid-19. 80 persen penjualannya anjlok. Begitu pun dengan bahan baku seperti minyak goreng yang sempat langka.
"Kami bahkan sempat ditipu karena minyak goreng," sebutnya.
Bagi Arifuddin, menekuni bisnis roti dan kue sudah menjadi impiannya sejak dulu. Makanya, kendati banyak menemui kendala dan tantangan, ia tidak menyerah.
Kini, seluruh kerja kerasnya itu sudah mulai membuahkan hasil. Sekarang ia mempekerjakan 42 orang karyawan.
Padahal di awal, hanya ia dan istrinya yang mengerjakan semuanya.
Tidak Mau Berutang
Arifuddin sendiri mengaku memiliki prinsip dalam berbisnis kuliner. Intinya, jangan pernah berutang.
"Jangan pernah berutang. Berbisnis sesuai dengan kemampuan finansial yang ada," tegasnya.
Arifuddin mengakui, terjun ke dunia usaha tidak mudah. Akan banyak tantangan dan kendala yang ditemui. Karena itu pula banyak pebisnis kerap menemui kegagalan di tengah jalan.
"Asal jangan berutang. Kalau bisnis jatuh, kita tidak punya beban untuk bayar kiri kanan," ungkapnya.
Ia menambahkan seorang pebisnis kuliner harus menyuguhkan makanan yang punya cita rasa enak. Sehingga mampu diterima masyarakat. Prinsip ini ia aplikasikan dengan mencoba beberapa kali resep adonan donat buatannya.
Kemudian harus menjaga cita rasa. Bagaimana untuk selalu mensurvei pasar atau kemauan masyarakat.
Maka itu, penting untuk selalu mendengar masukan dari pelanggan. Dari masukan mereka itu kelangsungan usaha bisa terjaga.
"Istri yang selalu cari ide rasa apalagi yang bagus ya. Terakhir kita dapat rasa abon dan jadi best seller," ujarnya.
Dalam hal produksi pun ia sudah mulai menyerahkan kepada karyawannya. Namun, menurut Arifuddin, soal cita rasa ini penting sekali di bisnis kuliner.
Makanya, tak bisa diserahkan ke sembarang orang. Itu juga yang membuat dia belum berani membuka tawaran kemitraan.
Namun, ia punya harapan besar ke depan. Ingin ekspansi ke luar provinsi seperti Bali dan Surabaya.
"Selain tambah gerai di Makassar, kita juga rencana buka di Bali dan Surabaya tapi masih sementara survei pasar," tandasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing