Kini, kehidupan penduduk lokal dengan komodo merupakan sebuah hubungan yang tak terpisahkan. Mereka bisa hidup berdampingan dengan baik.
Sayangnya, populasi komodo terus menurun. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (UICN) mencatat hewan ini kini terancam punah. Populasinya yang tersisa hanya sekitar 5.000 ekor.
![Wisatawan menikmati indahnya pulau Padar dan pulau Komodo di Manggarai, Nusa Tenggara Timur [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/19/69782-labuan-bajo.jpg)
Bisa Ditiru Oleh Sulawesi Selatan
Pengelolaan pariwisata di Labuan Bajo patut diacungi jempol. Penduduk di sana mulai sadar wisata.
Baca Juga:Berkunjung ke Desa Wisata Sanjai di Bukittinggi
Labuan Bajo dianggap sebagai daerah yang sukses menerapkan wisata berbasis digital. Seperti penarikan retribusi dan pedagang cinderamata kini menerapkan pembayaran secara digital yakni QRIS.
Hal yang patut dicontoh di tempat wisata lain. Sulawesi Selatan misalnya. Tak boleh ketinggalan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), Causa Iman Karana mengatakan pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dilakukan sangat baik. Bukan hanya karena memiliki sumber daya melimpah, namun karena pengelolaannya.
Labuan Bajo bahkan bisa memanfaatkan produk daerah lain. Phinisi misalnya.
"Terutama banyak kapal Phinisi yang dimanfaatkan. Padahal itu punya kita di Sulsel," ujar Causa.
Baca Juga:5 Tempat Wisata Horor di Jawa Barat, Berikut Lokasinya
Causa mengatakan tahun 2013 lalu, Labuan Bajo tak banyak dikenal. Namun seiring berjalannya waktu, pertumbuhannya sangat baik.