SuaraSulsel.id - Haris (70 tahun), setiap hari bekerja sebagai pemulung. Meski kondisi fisik sudah sering sakit-sakitan. Namun tuntutan hidup memaksanya untuk harus bisa bertahan.
Mengutip Telisik.id - jaringan Suara.com, Haris selalu berharap bisa memperoleh penghasilan lebih. Untuk kehidupan yang lebih baik.
Ironisnya, sejak pagi hingga menjelang sore hari, Haris mengaku kadang tidak memperoleh uang sepeser pun.
Kehidupan Haris memang tidak seberuntung dengan kehidupan beberapa pemulung lain yang masih memiliki fisik yang kuat. Serta punya tempat tinggal tetap untuk berteduh.
Baca Juga:Menjelang Ramadhan, Gelandangan dan Pengemis Mulai Serbu Kota Kendari
Haris tinggal bersama istri yang kesulitan mendengar. Dia hanya mampu membangun gubuk menggunakan sisa-sisa papan di atas lahan milik orang lain. Sebagai tempat berteduh.
Jika pemilik lahan datang dan mengusirnya, Haris dan istri harus siap angkat kaki.
Tidak hanya itu, Haris bahkan pernah diteriaki pencuri oleh pemilik toko tempat ia memulung. Karena berkeliaran di sekitar toko mencari barang bekas.
Bagi Haris, memulung dengan keterbatasan fisik adalah ujian, sebab jauh sebelum memulung ia adalah seorang penjual roti.
Pada tahun 90-an saat fisiknya masih kuat, ia menjadi penjual roti Ramayana. Mampu membiyai dua anaknya menyelesaikan studi.
Baca Juga:Pemerintah Kota Kendari Buat Aplikasi Kartu Elektronik Siap Nikah dan Hamil
Irwan (17) dan Baharudin (21), kedua anak Haris sudah merantau dan memiliki pekerjaan tetap. Namun Haris mengaku dia masih tetap menjadi pemulung. Tidak mau membuat susah orang lain.
- 1
- 2