Kota Tomohon Resmi Jadi Kota Toleransi di Indonesia

Wakil Presiden RI Maruf Amin meresmikan pencanangan Kota Tomohon sebagai Kota Toleransi

Muhammad Yunus
Jum'at, 19 November 2021 | 19:46 WIB
Kota Tomohon Resmi Jadi Kota Toleransi di Indonesia
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin meresmikan pencanangan Kota Tomohon, Sulawesi Utara sebagai Kota Toleransi di Hotel Sutan Raja, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Jumat 19 November 2021 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin meresmikan pencanangan Kota Tomohon sebagai Kota Toleransi di Hotel Sutan Raja, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Jumat 19 November 2021.

Hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Wali Kota Tomohon Caroll Jolam Azarias Senduk, Bupati Minahasa Utara Joune J.E. Ganda, Ketua Umum Asosiasi FKUB Indonesia Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, para Ketua Majelis-Majelis Agama, para Kakanwil Kemenag Propinsi serta Ketua dan Pengurus FKUB se-Indonesia.

Menurut Wapres Ma'ruf Amin, dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk dan memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, adat dan budaya, para pendiri bangsa telah berhasil merumuskan Pancasila. Sebagai dasar negara yang merupakan kesepakatan (konsensus) nasional.

Namun demikian, Wapres tetap berpesan bahwa tantangan yang dihadapi FKUB sekarang ini dan ke depan semakin berat. Salah satunya tantangan era digital yang serba canggih yang memungkinkan informasi tersebar dengan cepat.

Baca Juga:Ealah! Buruh Migran Ilegal Asal Banyuwangi Lebih Banyak Dibanding yang Legal

“Di antara informasi itu ada yang bersifat positif, tapi ada yang sifatnya negatif termasuk isu-isu yang dapat menimbulkan konflik antarumat beragama antara lain melalui narasi konspiratif dan berita bohong (hoax),” tuturnya.

Berita bohong itu, sambung Wapres, berkembang lebih cepat seperti deret ukur dibandingkan dengan berita yang bersifat konfirmatif (pelurusan) yang diibaratkan seperti deret hitung.

“Di samping itu, sisi negatif dari teknologi informasi berbasis digital ini memiliki kemampuan yang disebut dengan kurasi algoritma, yang menggiring setiap orang atau kelompok orang meyakini hanya terhadap informasi yang dipasok dari kelompoknya sebagai kebenaran, sementara kelompok lain berpedoman pada kebenaran yang diyakini kelompoknya sendiri,” terangnya.

Hal ini, menurut Wapres, mengakibatkan terjadinya keterbelahan sosial, termasuk keterbelahan antarumat beragama. “Ini adalah salah satu tantangan yang harus dijawab oleh FKUB agar kerukunan umat beragama tetap terjaga dan terpelihara,” pesannya.

Oleh sebab itu, pada kegiatan yang mengusung tema “Torang Samua Ciptaan Tuhan” ini, Wapres kembali mengingatkan pentingnya toleransi dan mengedepankan kepentingan bersama.

Baca Juga:Belum Diresmikan, Banyak Warga Kebelet Keliling Kota Solo dengan Mobil Listrik Wisata

“Para Pendiri Bangsa telah berhasil merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan kesepakatan (konsensus) nasional,” ujar Wapres.

Kesepakatan tersebut, sambungnya, dapat terwujud karena masing-masing pendiri negara memiliki rasa empati, toleran, dan tidak egois serta lebih mengedepankan kepentingan bersama dari pada kepentingan kelompoknya masing-masing.

“Sikap-sikap positif ini harus kita rawat, kita jaga, kita pelihara demi tetap berlangsungnya keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia yang harus kita wariskan kepada generasi sesudah kita khususnya kalangan milenial, generasi Z, dan generasi yang lebih belia lagi,” pungkasnya.

Untuk itu, Wapres menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada masyarakat Sulut yang telah berperan menciptakan kerukunan antar warga tanpa melihat latar belakang agama, suku, dan budaya.

“Saya bangga dengan masyarakat Sulawesi Utara yang selama ini dikenal sebagai masyarakat yang toleran,” puji Wapres.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini