SuaraSulsel.id - Tarekat Khalwatyah Samman yang berpusat di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, memiliki metode berbeda dengan jemaah tarekat lain dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini dirangkaikan dengan beberapa acara yang dimulai dengan salat Isya berjemaah dan zikir, serta merayakan haul ke-54 wafatnya Puang Lompo.
Mengutip telisik.id -- jaringan Suara.com, zikir ini lebih dikenal dengan nama Ma'rate atau dalam bahasa Arab disebut ratib. Digelar usai melaksanakan salat Isya berjemaah.
Zikir yang dilakukan oleh jemaah tarekat ini dilakukan rutin usai salat Isya dan Subuh. Jika saat bulan Ramadan, zikir ini dilakukan setiap malam usai salat Tarawih dan Witir.
Baca Juga:Mengenal Bekasem, Kuliner Cirebon yang Disajikan untuk Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Bukan sekadar melafalkan tauhid ratusan kali, zikir tarekat Khalwatyah Samman juga disertai dengan gerakan tubuh hingga tepukan tangan pada paha yang menjadikan zikir ini berirama.
"Zikir seperti ini kita laksanakan rutin di luar Ramadan pada waktu Subuh dan Isya. Nah saat Ramadan memang yang ikut ramai, karena jemaahnya bertambah usai salat Tarwih dan Witir. Ada juga yang ikut dari daerah lain," kata pelanjut tarekat Khalwatyah Samman, Syaikh Andi Wahyuddin Malik.
Gerakan zikir menurut mereka sebagai upaya menggugurkan dosa. Dengan terus menyebut nama Allah. Selain itu, zikir ini juga sebagai bentuk penyatuan antara Tuhan dengan makhluk-Nya.
Bacaannya juga sederhana. Pertama, para jemaah melafalkan kalimat syahadat sebanyak 100 kali. Selanjutnya, jemaah hanya menyebut kata Illa Allah sebanyak 100 kali.
Kemudian dilanjutkan dengan kata Allah, juga sebanyak 100 kali. Pada zikir terakhir, yang disebut zikir rahasia, jemaah cukup berseru kata 'ah' dengan bilangan tak terbatas, hingga imam berhenti.
Baca Juga:Libur Maulid Nabi Muhammad SAW, Ribuan Pengunjung Serbu TMII
"Jadi gerakannya ini maknanya sangat banyak. Salah satunya menggugurkan dosa seperti pohon yang diterpa angin dan daunnya berjatuhan. Sebenarnya, zikir ini kita anggap zikir biasa, karena masih ada satu lagi zikir dalam tarekat kami yang lebih besar. Tapi dilakukan di waktu tertentu saja, seperti kalau ada wabah atau kondisi negara sedang goncang," lanjutnya.
Ajaran tarekat ini mulai besar di Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Turikale di Maros, yang saat itu dipimpin Raja Andi Sanrima Daeng Parukka. Pada masa itu, ajaran ini juga sudah mulai menyebar ke seluruh nusantara.
Saat ini jemaah tarekat Khalwatyah Samman sudah mencapai puluhan ribu orang, yang tersebar di seluruh daerah di Tanah Air. Jemaah tarekat ini juga sudah banyak di negara Malaysia dan Brunei.
Puluhan ribu jemaah berkumpul di Maros setiap tahunnya dalam rangka peringatan Maulid sekaligus ziarah ke makam guru-guru mereka yang berada di tiga lokasi berbeda.
Pencetus awal tarekat Khalwatyah adalah Syekh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani, seorang ulama besar Medinah, sekitar abad ke-18.
"Yang membuat tarekat ini besar yakni pada masa raja keempat Kerajaan Turikale, bersama dengan Syekh Abdul Razak, membuat tarekat ini tidak lagi eksklusif bagi kalangan tertentu saja. Siapa saja boleh ikut. Tak heran kalau pengikutnya sangat banyak dan sampai ke luar negeri," jelas Syeikh Andi Wahyuddin Malik.
Perkembangan tarekat ini di Maros ditandai juga dengan bangunan monumental berupa masjid bernama Urwatul Wutsqa yang didirikan oleh raja keempat Turikale, berjuluk Syekh Abdul Qadir Jaelani pada tahun 1854.
Masjid inilah yang menjadi tempat awal pengembangan tarekat Khalwatyah Samman, selain Leppakomae dan Pattene di Maros.
Tak hanya menyimpan sejarah pengembangan Islam, khususnya tarekat Khalwatyah, salah satu masjid tertua di Maros ini juga menjadi tempat menggagas pendirian Kabupaten Maros, termasuk penentuan nama Maros.
Bangunan asli masjid ini tetap terjaga meskipun telah beberapa kali dipugar. Bahkan beduk dan mimbar yang hampir seumur dengan masjid itu juga masih terawat.
Karena tahun ini tren COVID-19 mulai turun dan vaksinasi terus digalakkan, Maulid Akbar kembali digelar.
Jemaah Khalwatiyah Samman yang jumlahnya kurang lebih seribu orang, hadir dalam Maulid Akbar sekaligus peringatan haul ke-54 wafatnya pimpinan tarekat, di Pattene.