SuaraSulsel.id - Juita Iskandar sudah 20 tahun bekerja sebagai pramugari. Namun, semua kegiatannya di atas pesawat harus berhenti. Karena pandemi Covid-19.
Juita terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di salah satu maskapai tempatnya bekerja. Industri penerbangan memang sedang ngos-ngosan untuk bertahan hidup di tengah pandemi.
Juita bercerita, terpaksa berhenti pada bulan Mei 2020. Saat itu, perusahaan tempatnya bekerja melakukan efisiensi karyawan.
Awalnya, kata Juita, rasanya sangat sedih. Ia harus meninggalkan kariernya yang sudah digeluti selama 20 tahun.
Baca Juga:Kisah Perkampungan di Pelosok Wonogiri Bak Perumahan Elite
"Tapi saya juga happy. Karena saya selalu berpikir apa pun kondisi yang saya alami, kita harus positif thinking. Mau tidak mau kita harus survive," ujarnya, Selasa, 6 Juli 2021.
Lima hari setelah kena PHK, ia kemudian pulang ke Makassar dan menciptakan sebuah produk jamu untuk menyambung hidupnya. Jamu itu diberi nama "Jamugari". Artinya, jamunya pramugari.
Jamu itu diracik sendiri oleh Juita. Ia mengaku sejak kecil sudah dibiasakan mengonsumsi jamu. Dari situ, niat awalnya jadi penjual jamu muncul.
"Bulan Mei saya di-PHK. Kontrak saya diputus. Kebetulan saya sudah prepare sebelum di-PHK, bisnis Jamugari," tambahnya.
Usahanya pun berbuah manis. Saat pertama rilis, Jamugari langsung diorder 55 botol. Dalam tiga bulan, laku hingga 1.000 botol.
Baca Juga:Salut! Pramugari KA Bantu Penumpang Tunanetra Tuai Pujian
Juita semakin semangat menjalankan bisnisnya. Apalagi Jamugari ini rasanya berbeda dengan jamu gendong. Lebih diracik dengan rasa kekinian.
"Ada rasa gula aren, cokelat, lemon. Berkhasiat untuk meningkatkan imun, detox, kecantikan, kesehatan dan bikin langsing," ujarnya.
Saat ini Jamugari tetap eksis. Tiap bulan, omzetnya juga lumayan.
Menurutnya, pandemi merubah banyak hal di hidupnya. Di tengah keterbatasan pun, ia tetap bisa produktif.
Ke depan, ia berusaha agar jamugari bisa menyasar pasar ritel. Saat ini baru dipasarkan secara online saja.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing