Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan

Setelah berhasil melawan rasa trauma yang mendalam. Pasca menjadi korban ledakan bom bunuh diri.

Muhammad Yunus
Kamis, 27 Mei 2021 | 15:27 WIB
Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan
Andi Dina Noviana Rivani korban bom bunuh diri di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Desmonda mengaku selama dia dirawat, biaya pengobatannya ditanggung oleh pemerintah setempat. Dia juga hanya dimintai kartu BPJS Kesehatan saat masuk ke rumah sakit untuk dirawat.

"Masuk sudah dapat layanan. Biaya dicover pemerintah. Kompensasi dapat juga. Semua korban yang saya tahu sudah dapat kompensasi," kata dia.

Karena kondisinya yang sudah tidak terlalu mengkhawatirkan, Desmonda pun akhirnya dirawat jalan. Dengan syarat harus melakukan kontrol di rumah sakit selama tiga bulan.

"Pulih tanpa perawatan psikolog. Karena tidak terlalu parah. Sekarang saya sehat walaupun pendengaran sedikit menurun," kata dia.

Baca Juga:Polri Sebut Ali Kalora Sempat Ingin Serahkan Diri

"Saya sudah enak cerita itu kurang lebih satu atau dua bulan setelah kejadian," ujarnya.

Aksi simpati bom Surabaya.
Aksi simpati bom Surabaya.

Desmonda tidak memungkiri bahwa dirinya memang marah hingga bergejolak kepada pelaku teroris yang telah membuatnya menjadi korban ledakan bom.

Namun, Desmonda berusaha keras memaafkan pelaku. Sebab, dia menilai pelaku akan merasa gembira jika telah berhasil membuat korbannya trauma dan dendam.

"Saya memaafkan karena kalau tidak saya masih merasa sakit. Dan saya merasa semua agama mengajarkan kasih sayang. Jadi saya memaafkan walaupun sulit," katanya.

Kontributor : Muhammad Aidil

Baca Juga:Teroris Papua Makin Terdesak, Polisi Minta Lekagak Telenggen Serahkan Diri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini