Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan

Setelah berhasil melawan rasa trauma yang mendalam. Pasca menjadi korban ledakan bom bunuh diri.

Muhammad Yunus
Kamis, 27 Mei 2021 | 15:27 WIB
Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan
Andi Dina Noviana Rivani korban bom bunuh diri di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Satu minggu setelah kejadian, dia pernah diundang di salah satu program televisi. Kondisinya tubuhnya gemetar dan ketakutan.

"Waktu itu kondisi saya masih gemetar. Saya harus didorong-dorong," ucap Dina.

Rasa trauma yang selalu menghantui berhasil ditaklukkan setelah Dina berjuang dengan keras untuk memaafkan pelaku teroris yang meledakan bom tersebut. Dina mengucapkan rasa terima kasih kepada para pelaku karena berkat mereka, dia bisa menjadi lebih kuat sampai sekarang.

"Saya memaafkan pelaku walau pun susah. Untuk bisa menjalani hidup sampai sekarang. Saya tidak dendam dengan mereka karena itu beban dan saya tidak mau bawa beban. Prinsipnya, memaafkan adalah obat yang paling mujarab," tutur dia.

Baca Juga:Polri Sebut Ali Kalora Sempat Ingin Serahkan Diri

Saat berkunjung di Kota Makassar, terjadi ledakan bom di depan pintu gerbang Gereja Katedral, Makassar pada Minggu 28 Maret 2021. Hal itu pun kembali membuat Dina ketakutan. Meski Dina berada jauh dari lokasi ledakan.

"Ke Makassar kemarin terjadi lagi ledakan. Jadi saya teringat lagi. Saya harap saya yang terakhir jadi korban karena mungkin luka fisik bisa terobati tapi kalau luka trauma agak susah sembuhnya," kata dia.

Aksi tabur bunga di lokasi ledakan bom bunuh diri di depan Starbucks, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat [suara.com/Bagus Santosa]
Aksi tabur bunga di lokasi ledakan bom bunuh diri di depan Starbucks, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat [suara.com/Bagus Santosa]

Korban Bom Gereja Surabaya

Hal yang serupa juga dialami oleh perempuan bernama Desmonda Paramartha. Bedanya, Desmonda tidak terlalu mengalami trauma yang mendalam pasca menjadi korban ledakan bom di Gereja Katolik, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur pada Minggu 13 Mei 2018 lalu.

Desmonda mengemukakan bahwa tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan sebelum ledakan bom. Semua aktivitas terlihat berjalan dengan normal seperti hari-hari biasanya. Posisi Desmonda dari lokasi ledakan bom juga tidak berjauhan.

Baca Juga:Teroris Papua Makin Terdesak, Polisi Minta Lekagak Telenggen Serahkan Diri

"Posisi saya dari jarak ledakan enam sampai tujuh meter. Di parkiran lokasinya," kata Desmonda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini