Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan

Setelah berhasil melawan rasa trauma yang mendalam. Pasca menjadi korban ledakan bom bunuh diri.

Muhammad Yunus
Kamis, 27 Mei 2021 | 15:27 WIB
Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan
Andi Dina Noviana Rivani korban bom bunuh diri di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Desmonda yang sudah tidak berdaya karena juga menjadi salah satu korban ledakan bom itu dibawa ke rumah sakit terdekat. Untuk mendapat pertolongan medis. Di sana, dia diopname selama sepuluh hari.

Desmonda Paramartha korban bom bunuh diri di Gereja Katolik, Kota Surabaya, Jawa Timur pada Minggu 13 Mei 2018 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]
Desmonda Paramartha korban bom bunuh diri di Gereja Katolik, Kota Surabaya, Jawa Timur pada Minggu 13 Mei 2018 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Dari hasil pemeriksaan dokter, Desmonda diketahui mengalami sejumlah luka yang cukup parah pada bagian tubuhnya. Antara lain di bagian leher, paha, dan betis sebelah kanan serta pendengaran telinganya berkurang.

"Yang di leher hampir kena nadi, telinga berkurang pendengaran karena ledakan keras sekali. Kalau di kaki nyut-nyutan kalau terlalu lama jalan sampai sekarang. Betis dan paha seperti kena plat motor atau serpihan bom," ujar Desmonda.

Namun, setelah sepekan mendapatkan perawatan kondisi Desmonda berangsur membaik. Dia kemudian diundang ke gereja untuk menceritakan peristiwa secara gamblang terkait ledakan bom itu.

Baca Juga:Polri Sebut Ali Kalora Sempat Ingin Serahkan Diri

"Di gereja saya disuruh menceritakan kejadian. Ditanya juga masih trauma datang ke gereja?, saya bilang tidak," terang Desmonda.

Desmonda mengaku selama dia dirawat, biaya pengobatannya ditanggung oleh pemerintah setempat. Dia juga hanya dimintai kartu BPJS Kesehatan saat masuk ke rumah sakit untuk dirawat.

"Masuk sudah dapat layanan. Biaya dicover pemerintah. Kompensasi dapat juga. Semua korban yang saya tahu sudah dapat kompensasi," kata dia.

Karena kondisinya yang sudah tidak terlalu mengkhawatirkan, Desmonda pun akhirnya dirawat jalan. Dengan syarat harus melakukan kontrol di rumah sakit selama tiga bulan.

"Pulih tanpa perawatan psikolog. Karena tidak terlalu parah. Sekarang saya sehat walaupun pendengaran sedikit menurun," kata dia.

Baca Juga:Teroris Papua Makin Terdesak, Polisi Minta Lekagak Telenggen Serahkan Diri

"Saya sudah enak cerita itu kurang lebih satu atau dua bulan setelah kejadian," ujarnya.

Aksi simpati bom Surabaya.
Aksi simpati bom Surabaya.

Desmonda tidak memungkiri bahwa dirinya memang marah hingga bergejolak kepada pelaku teroris yang telah membuatnya menjadi korban ledakan bom.

Namun, Desmonda berusaha keras memaafkan pelaku. Sebab, dia menilai pelaku akan merasa gembira jika telah berhasil membuat korbannya trauma dan dendam.

"Saya memaafkan karena kalau tidak saya masih merasa sakit. Dan saya merasa semua agama mengajarkan kasih sayang. Jadi saya memaafkan walaupun sulit," katanya.

Kontributor : Muhammad Aidil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini