Seingat Desmonda, sesaat sebelum terjadi ledakan, dia sempat memperhatikan situasi yang terjadi di sekitar Gereja. Waktu itu, semua pandangan orang-orang yang berada di sekitar lokasi tertuju pada pengendara sepeda motor yang berusaha masuk ke Gereja. Dengan kecepatan tinggi.
Pihak keamanan gereja yang diketahui bernama Bayu langsung bertindak. Dia mencegat pengendara motor yang ingin masuk ke gereja dengan kecepatan tinggi tersebut. Sehingga, mereka pun harus meregang nyawa. Bom yang diduga dibawa pengendara motor itu diledakkan.
"Pelaku dua orang anak cowok yang pakai motor. Mereka memakai helm. Mas Bayu meninggal karena langsung menghadang pelaku," kata dia.
"Meninggal Mas Bayu dan dua pelaku. Tapi setelah ditelusuri ada enam korban yang meninggal, dan beberapa yang mengalami luka," sambung Desmonda.
Baca Juga:Polri Sebut Ali Kalora Sempat Ingin Serahkan Diri
Setelah ledakan terjadi, kata Desmonda, situasi di lokasi menjadi kacau. Semua kendaraan motor di sekitar lokasi berjatuhan. Teman-teman Desmonda yang datang bersamanya ke lokasi gereja juga sudah tidak ada di tempat.
Desmonda yang sudah tidak berdaya karena juga menjadi salah satu korban ledakan bom itu dibawa ke rumah sakit terdekat. Untuk mendapat pertolongan medis. Di sana, dia diopname selama sepuluh hari.
![Desmonda Paramartha korban bom bunuh diri di Gereja Katolik, Kota Surabaya, Jawa Timur pada Minggu 13 Mei 2018 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/27/24993-korban-bom-bunuh-diri.jpg)
Dari hasil pemeriksaan dokter, Desmonda diketahui mengalami sejumlah luka yang cukup parah pada bagian tubuhnya. Antara lain di bagian leher, paha, dan betis sebelah kanan serta pendengaran telinganya berkurang.
"Yang di leher hampir kena nadi, telinga berkurang pendengaran karena ledakan keras sekali. Kalau di kaki nyut-nyutan kalau terlalu lama jalan sampai sekarang. Betis dan paha seperti kena plat motor atau serpihan bom," ujar Desmonda.
Namun, setelah sepekan mendapatkan perawatan kondisi Desmonda berangsur membaik. Dia kemudian diundang ke gereja untuk menceritakan peristiwa secara gamblang terkait ledakan bom itu.
Baca Juga:Teroris Papua Makin Terdesak, Polisi Minta Lekagak Telenggen Serahkan Diri
"Di gereja saya disuruh menceritakan kejadian. Ditanya juga masih trauma datang ke gereja?, saya bilang tidak," terang Desmonda.