Nurdin Abdullah: Covid-19 Bukan Hanya Masalah Paru, Ada Ginjal Bahkan Usus

Pemprov Sulsel belum punya rencana berlakukan PSBB

Muhammad Yunus
Sabtu, 19 Desember 2020 | 09:08 WIB
Nurdin Abdullah: Covid-19 Bukan Hanya Masalah Paru, Ada Ginjal Bahkan Usus
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah

SuaraSulsel.id - Gelombang kedua Covid-19 melanda Sulawesi Selatan (Sulsel). Setiap hari, kasus warga terkonfirmasi positif Covid-19 terus naik.

Hingga Kamis (17/12/2020), Satgas Covid-19 Sulsel mencatat kasus di Sulsel sudah pada posisi 24.352 kasus.

541 orang diantaranya meninggal dunia, dan 19.898 sudah dinyatakan sembuh. Setiap harinya, catatan kasus yang terkonfirmasi bisa naik hingga ratusan.

Tak ingin seperti Jakarta, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah menilai Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB adalah langkah terakhir.

Baca Juga:Ibu Hamil Harus Dapat Pendampingan Khusus Selama Pandemi Covid-19

Masalah utamanya, kata Nurdin, adalah kesadaran masyarakat. Dengan banyaknya kasus yang ada, masyarakat harusnya bisa memahami pentingnya upaya untuk penegakan protokol kesehatan.

"PSBB itu pilihan terakhir. Tetapi masalahnya adalah kesadaran masyarakat. Mungkin yang belum yang kena masih dianggap enteng. Karena Covid-19 hari ini, bukan hanya masalah paru, ada ginjal bahkan sampai ke usus," ujarnya, Sabtu (19/12/2020).

Yang terjadi saat ini adalah kasus Covid-19 didominasi oleh klaster pemerintahan. Setelah kantor Bapenda dan Bappelitbangda, Administrasi Pimpinan dan Biro Perekonomian, kini Kantor Dinas ESDM Sulsel yang jadi klaster baru.

Menurut Nurdin, kebijakan Work From Home (WFH) jadi salah satu upaya untuk antisipasi penyebaran Covid-19 di kantor-kantor pemerintah. Jika ada kasus baru, otomatis kebijakan ini akan langsung diterapkan.

Dia sudah memerintahkan kepada seluruh pejabatnya agar langsung berinisiatif menerapkan WFH.

Baca Juga:Kasatpol PP Makassar Iman Hud Umumkan Diri Positif Covid-19

"Tidak perlu dilaporkan atau menunggu instruksi, tetapi inisiatif. Ketika ada kasus baru, langsung terapkan sistem kerja di rumah," bebernya.

Untuk testing, kata dia, cukup mereka yang punya gejala saja. Pasalnya testing butuh biaya mahal.

Mereka yang sudah merasakan demam atau gejala lain, langsung melakukan isolasi mandiri. Seminggu berikutnya baru di swab.

Dia mengatakan, penerapan protokol kesehatan juga menjadi kunci utama untuk menekan penyebaran. Nurdin mengakui, kondisi kasus saat ini trennya tinggi.

Nurdin juga sementara menyusun rencana untuk memperketat akses keluar masuk di bandara dan pelabuhan. Saat ini untuk masuk ke wilayah Sulsel memang masih menggunakan surat Rapid Tes. Ada rencana untuk memperketat dengan menggunakan swab test.

Upaya antisipasi lain, kata dia, adalah penghapusan acara perayaan malam tahun baru. Tak boleh lagi ada pesta atau yang lain.

"Lego-lego (CPI) dan Pantai Losari kita tutup. Saya sudah minta wali kota, karena sekarang sudah naik lagi," tambahnya.

Sekretaris Satgas Covid-19 Sulsel, Ni’mal Lahamang menambahkan sudah meminta kepada semua kepala dinas agar seluruh pegawai dites swab. Pihaknya terus menambah kapasitas testing dari 1.200 menjadi 2.500 spesimen per harinya.

"Kami juga tidak mengizinkan kegiatan pertemuan digelar. Untuk sementara kita harus lakukan itu, karena peningkatan kasus masih terus terjadi. Tak hanya perawatan hotel untuk pasien OTG juga terus kita tambah," jelas Ni'mang.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini