SuaraSulsel.id - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Basilika Notre Dame, di bagian Mediterania Kota Nice. Dimana seorang penyerang bersenjata pisau telah menewaskan tiga orang di sebuah gereja, Kamis (29/10).
Polisi Prancis memeriksa kawasan di sekitar gereja Notre Dame di Nice, Perancis selatan, Kamis, 29 Oktober 2020.
Penyerang terluka oleh polisi dan dirawat di rumah sakit setelah pembunuhan itu.
Serangan ketiga dalam dua bulan terakhir di Perancis itu semakin mencekam. Sejak kehebohan atas karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang oleh surat kabar satir, Charlie Hebdo.
Baca Juga:Ferdinand: Boikot Tahu, Tempe sampai Terasi Made In Prancis!
Dikutip dari VOA Indonesia, Kantor Kejaksaan Anti-Terorisme Prancis membuka penyelidikan atas pembunuhan Nice. Menandai serangan ketiga sejak sidang dibuka pada September lalu terhadap 14 orang yang terkait dengan pembunuhan yang terjadi di Charlie Hebdo dan supermarket halal pada Januari 2015.
MUI Nilai Presiden Prancis Sudutkan Islam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara mengenai tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menyudutkan Islam.
Tudingan ini dilontarkan Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi. Ia menuding Presiden Prancis Emmanuel Macron menyuburkan Islamophobia karena secara tidak langsung mendukung penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW melalui karikatur.
"MUI menilai bahwa Macron secara tak langsung telah mendukung gerakan Islamphobia," kata Muhyiddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Baca Juga:5 Daftar Produk Prancis yang Diboikot
Sebelumnya, seorang guru di Prancis dibunuh karena mempertontonkan karikatur Nabi Muhammad SAW yang menurut umat Islam sebagai penghinaan.
Kasus terkait penistaan Nabi Muhammad juga dilakukan media setempat oleh Charlie Hebdo yang beberapa kali menerbitkan konten bernada satir terhadap nabi umat Islam tersebut.
Presiden Macron sendiri kebanjiran kritik dari umat Islam dunia karena meminta Muslim agar belajar toleransi saat berada di Prancis.
Orang nomor satu di Prancis itu juga mengecam pelaku pembunuhan atas wartawan Charlie Hebdo yang arahnya mendukung gerakan Islamphobia.
Muhyiddin mengatakan Prancis sendiri dalam sejarah tercatat sebagai salah satu kolonialis dunia yang sangat rasialis dan kejam atas warga jajahan mereka di dunia, terutama di Benua Afrika.
"Tak aneh jika reaksi atas sikap Macron dari dunia Islam cukup keras di mana beliau diminta untuk menarik pernyataannya. Beberapa negara di Timur Tengah sudah mengancam akan melakukan embargo terhadap produk Prancis," kata dia.
Waketum MUI mengatakan Macron harus belajar banyak tentang toleransi beragama, terutama Islam.
Kebebasan tanpa batas dan melawan norma justru akan mengakibatkan kegaduhan dan kekacauan.