Muhammad Yunus
Rabu, 13 Agustus 2025 | 17:01 WIB
Abbas Gauf, Veteran RI yang pernah bertugas di operasi Trikora, Dwikora dan Seroja [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]

SuaraSulsel.id - Abbas Gauf masih berusia 18 tahun ketika kabar itu datang pagi-pagi sekali. Ia harus berangkat ke Surabaya.

Perintahnya jelas. Bergabung dalam operasi besar pada orde lama, Tri Komando Rakyat (Trikora).

Padahal, baru dua tahun sebelumnya ia resmi mengenakan seragam Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), bertugas di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VI.

"Saat itu usia saya 18 tahun. Masih berani-beraninya," ujarnya dengan suara bergetar saat ditemui, Rabu, 13 Agustus 2025.

Tanpa banyak waktu, ia meninggalkan markas dan Makassar, menuju Surabaya, kota yang menjadi titik kumpul pasukan sebelum berlayar ke medan tugas.

"Saya ditugaskan misi Trikora, Dwikora, dan Seroja. Saya di kapal perang," kenangnya.

Abbas bergabung dengan ALRI pada tahun 1959, di tengah memanasnya hubungan Indonesia-Belanda soal Irian Barat.

Ketika Presiden Soekarno mengumumkan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta pada 19 Desember 1961, Abbas menjadi salah satu saksi hidup dari kerasnya masa-masa perebutan Irian Barat.

Operasi strategis yang dipimpin Mayor Jenderal Soeharto ini melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara.

Baca Juga: Sengketa Lahan 52 Hektare di Makassar, Pelapor dan Terlapor Sudah Tiga Kali Dipanggil Polisi

ALRI mengerahkan puluhan kapal perang, termasuk kapal cepat torpedo dan kapal selam bantuan Uni Soviet.

Abbas ditempatkan bersama Komando Pasukan Katak (Kopaska), pasukan khusus yang baru dibentuk kala itu untuk menyusup ke perairan Irian Barat.

"Dari Surabaya semua kapal perang berangkat. Ada sekitar 20-an kapal yang dikerahkan. Saat penyerangan kita siap, tapi dua kapal perang tenggelam," ujarnya.

Kapal perang yang tenggelam itu merupakan tragedi Laut Aru pada Januari 1962. Kapal RI Macan Tutul yang dipimpin Komodor Yos Soedarso dihantam tembakan Belanda.

Abbas masih ingat betul kisah Yos Sudarso, komandan kapal yang mengorbankan diri agar dua kapal lainnya yaitu KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau bisa melarikan diri dari serangan kapal perang Belanda.

Meski dua kapal andalan bangsa hancur, sebagian besar pasukan berhasil berlabuh dengan aman.

Load More