Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 15 Agustus 2024 | 07:48 WIB
Penjaga makam membersihkan nisan Pahlawan RI, Robert Wolter Monginsidi di Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Belanda sempat memberinya kesempatan agar tidak ditembak mati dengan cara bisa diajak bekerja sama. Tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Monginsidi memilih mati daripada berkhianat terhadap tanah air.

Di sel tahanan, Monginsidi memilih mendekatkan diri dengan Tuhan. Ia membaca alkitab setiap hari.

Dalam Alkitab yang digenggam saat menghadapi eksekusi regu tembak, terselip secarik kertas bertulis "Setia Hingga Akhir di Dalam Keyakinan".

Baca Juga: Pahlawan Nasional Opu Daeng Risadju Akan Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Makassar

Tengah malam pada 5 September 1949 lalu, Monginsidi dieksekusi mati oleh tim penembak

Di sel tahanan, Monginsidi memilih mendekatkan diri dengan Tuhan. Ia membaca alkitab setiap hari.

Tengah malam pada 5 September 1949 lalu, Monginsidi dieksekusi mati oleh tim penembak Belanda. Delapan peluru menembus raganya.

Monginsidi gugur di usianya yang baru 24 tahun. Semua demi mempertahankan Tanah Air Indonesia.

Untuk menghargai jasanya, Robert Wolter Monginsidi dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 6 November 1973. Jasadnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang pada tahun 1990.

Baca Juga: Sosok Pahlawan Nasional Soeharto, Ajudan Presiden Soekarno Dari Desa Tegalgondo

SuaraSulsel.id sempat mengunjungi makamnya pada Rabu, 7 Agustus 2024. Kondisinya terawat dan bersih, dibanding makam para pahlawan lainnya.

Load More