Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 15 Agustus 2024 | 07:48 WIB
Penjaga makam membersihkan nisan Pahlawan RI, Robert Wolter Monginsidi di Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Seperti mengentaskan mata-mata atau kaki tangan NICA, merampas senjata musuh, mengganggu lalu lintas dengan menghadang mobil tentara serta polisi Belanda. Menghalangi kendaraan yang mengangkut barang-barang kepentingan Belanda, hingga memusnahkan bangunan vital milik Belanda.

Kecakapan ini jugalah yang membuatnya memimpin Barisan Angkatan Muda Pelajar yang terus memberi perlawanan kepada Belanda.

Pada tanggal 17 Oktober 1945, di bawah koordinasinya, semua kekuatan para pemuda pejuang yang ada di Ujung Pandang dipusatkan untuk mengadakan serangan umum pada musuh.

Penyerbuan dilakukan ke tangsi Belanda di Mariso, Stasiun Pemancar Radio Makassar, dan lokasi lain milik Belanda. Barisan ini pun merebut berbagai tempat strategis, gedung-gedung penting, dan bangunan vital yang sudah diduduki tentara Belanda.

Baca Juga: Pahlawan Nasional Opu Daeng Risadju Akan Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Makassar

Salah satu aksi heroik Monginsidi terjadi sepanjang pekan ketiga Januari 1947. Pasukannya terlibat kontak senjata dengan pihak Belanda dan berhasil memukul mundur lawan.

Beberapa hari kemudian, terjadi saling tembak-menembak. Monginsidi nyaris tertangkap, tapi lolos.

Wolter Monginsidi juga pernah menggabungkan diri dengan pasukan Ranggong Daeng Romo. Markas pasukan ini ada di Polongbangkeng, Takalar.

Monginsidi bertugas sebagai penyidik karena kemampuannya dalam berbahasa asing dan wajahnya yang dinilai mirip orang Indo-Belanda. Pernah suatu hari, ia memasuki kota Ujung Pandang seorang diri dan menyamar sebagai tentara Belanda.

Dia berani menghentikan mobil jeep tentara Belanda untuk ikut menumpang. Namun, di tengah jalan, Monginsidi menodongkan pistol ke pengemudi hingga membuatnya tak berdaya. Senjata dan mobil milik Belanda itu lantas dirampas.

Sejak itu, ia mulai dikenali. Belanda pun menggelar razia besar-besaran untuk menangkapnya. Monginsidi terjaring dan tertangkap akhir Februari 1947.

Baca Juga: Sosok Pahlawan Nasional Soeharto, Ajudan Presiden Soekarno Dari Desa Tegalgondo

Delapan bulan di penjara, kawan-kawan seperjuangan Monginsidi berhasil menyelundupkan dua granat yang dimasukan ke dalam roti. Granat itu kemudian diledakkan di kompleks penjara membuat Monginsidi dan rekannya berhasil melarikan diri.

Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Pengkhianatan

Namun, setahun berselang, Monginsidi kembali terkepung di sebuah gang pemukiman warga. Ia tidak mengira jika posisinya diketahui oleh Belanda.

Rupanya, ia dikhianati oleh tiga temannya sendiri. Abdullah Hadade, HM Yoseph, dan Lewang Daeng Matari.

Jika ingin melawan, sebenarnya bisa saja. Monginsidi masih punya sebuah granat yang bisa ia lemparkan. Tapi, risikonya terlalu besar. Gang tempatnya terkepung itu adalah area pemukiman warga.

Ia pun akhirnya menyerah demi keselamatan rakyat. Tangan dan kaki Monginsidi dibelenggu dengan rantai, kemudian dikaitkan ke dinding tembok tahanan di Kis Kampement Makassar.

Load More