Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 15 Agustus 2024 | 07:48 WIB
Penjaga makam membersihkan nisan Pahlawan RI, Robert Wolter Monginsidi di Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Namun, sesampainya di Makassar, Monginsidi kaget melihat kondisi daerah ini yang kacau balau. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang baru saja digaungkan ternyata membuat perjuangan tidak lantas berakhir.

Di Ujung Pandang -- sekarang Makassar -- rakyat masih harus menghadapi Belanda yang tetap datang lagi usai kepergian Jepang. Mereka menghadapi Netherlands Indies Civil Administration alias NICA yang ingin kembali berkuasa di Indonesia.

Melihat kondisi yang ada, Monginsidi tak ingin tinggal diam. Jiwa juangnya yang terbentuk di ujung Celebes sana mendidih.

Pada 17 Juli 1946, Monginsidi bersama para pemuda pejuang lainnya mendirikan sebuah organisasi perjuangan yang diberi nama Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Organisasi terdiri dari 19 satuan perjuangan.

Baca Juga: Pahlawan Nasional Opu Daeng Risadju Akan Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Makassar

Dalam barisan LAPRIS, Monginsidi ditugaskan sebagai sekretaris jenderal yang sekaligus memimpin operasi. Meski masih belia, keberanian Monginsidi sudah teruji. Beberapa kali ia turut dalam peperangan melawan NICA yang bersenjatakan canggih.

Seperti mengentaskan mata-mata atau kaki tangan NICA, merampas senjata musuh, mengganggu lalu lintas dengan menghadang mobil tentara serta polisi Belanda. Menghalangi kendaraan yang mengangkut barang-barang kepentingan Belanda, hingga memusnahkan bangunan vital milik Belanda.

Kecakapan ini jugalah yang membuatnya memimpin Barisan Angkatan Muda Pelajar yang terus memberi perlawanan kepada Belanda.

Pada tanggal 17 Oktober 1945, di bawah koordinasinya, semua kekuatan para pemuda pejuang yang ada di Ujung Pandang dipusatkan untuk mengadakan serangan umum pada musuh.

Penyerbuan dilakukan ke tangsi Belanda di Mariso, Stasiun Pemancar Radio Makassar, dan lokasi lain milik Belanda. Barisan ini pun merebut berbagai tempat strategis, gedung-gedung penting, dan bangunan vital yang sudah diduduki tentara Belanda.

Baca Juga: Sosok Pahlawan Nasional Soeharto, Ajudan Presiden Soekarno Dari Desa Tegalgondo

Salah satu aksi heroik Monginsidi terjadi sepanjang pekan ketiga Januari 1947. Pasukannya terlibat kontak senjata dengan pihak Belanda dan berhasil memukul mundur lawan.

Load More