- Kericuhan itu terjadi di Desa Padang Kalua, Kecamatan Bua
- Bermula dari dugaan pemukulan seorang pemuda oleh Bripka Ramadhan
- Pemukulan itu diduga menjadi pemicu utama pecahnya bentrokan antarwarga dua desa bertetangga
Sekitar pukul 24.00 Wita, personel Polsek Bua yang dipimpin Kapolsek IPTU Anwar Syamsuddin tiba di lokasi. Mereka berusaha menenangkan massa, namun situasi sulit dikendalikan.
Salah satu batu yang dilempar warga bahkan mengenai kaca depan mobil patroli hingga pecah.
"Massa sulit dibubarkan. Sebagian sudah terprovokasi dan terus melakukan lemparan," kata Yakobus.
Kericuhan baru mereda sekitar pukul 00.55 Wita setelah tim gabungan Polres Luwu yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Jody Dharma tiba di lokasi dan melakukan pembubaran.
Baca Juga:Hedonisme di Tubuh Polri? Perwira Pamer Rubicon Jadi Sorotan Kompolnas
Di tengah kekacauan itu, seorang remaja bernama Muh. Antas (16), warga Desa Barowa, menjadi korban salah sasaran.
Saat hendak pulang dari rumah temannya di Palopo, Antas melintas di lokasi tawuran dan terjebak di tengah bentrokan.
Karena panik, ia meninggalkan sepeda motornya, Yamaha Mio M3 bernomor polisi DP 3046 US lalu lari menyelamatkan diri.
Warga Padang Kalua yang mengira motor tersebut milik penyerang dari Tanarigella, membakarnya di tempat.
"Motor milik warga bernama Antas dibakar karena dikira milik kelompok lawan," jelas Yakobus.
Baca Juga:Rubicon Pelat Palsu Parkir di Mapolrestabes Makassar Milik Polisi, Ini Sosoknya!
Setelah situasi kondusif, kepolisian langsung melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab utama bentrokan. Dugaan sementara, insiden bermula dari tindakan Bripka Ramadhan yang diduga memukul warga.
"Dugaan pemukulan oleh oknum polisi ini menjadi pemicu awal tawuran antarwarga," kata Yakobus.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Luwu, AKP Jody Dharma yang dikonfirmasi membenarkan bahwa Bripka Ramadhan telah diperiksa Propam.
Namun dari hasil pemeriksaan awal, sang polisi membantah telah memukul korban.
"Menurut keterangan Ramadhan, ia hanya menepis kaki EN dengan helm karena dianggap kurang sopan saat ditanya. Tapi kami masih mendalami untuk memastikan kebenarannya," ujar Jody.
Namun, untuk mencegah konflik meluas, kepolisian bergerak cepat melakukan mediasi antara kedua desa yang terlibat.