Musim Hujan Ekstrem Mulai Ancam Sulsel, Waspada Banjir dan Longsor!

Sulawesi Selatan bersiap memasuki musim penghujan mulai awal Oktober 2025

Muhammad Yunus
Minggu, 28 September 2025 | 16:12 WIB
Musim Hujan Ekstrem Mulai Ancam Sulsel, Waspada Banjir dan Longsor!
Ilustrasi cuaca ekstrem [SuaraSulsel.id/Antara]
Baca 10 detik
  • Peringatan dini cuaca ekstrem yang berlaku sejak 29 September hingga 1 Oktober 
  • Waspadai potensi banjir, banjir bandang, pohon tumbang, hingga tanah longsor
  • Musim hujan juga tidak hanya berpengaruh pada potensi bencana, tetapi juga pada sektor pertanian dan kesehatan

SuaraSulsel.id - Sulawesi Selatan bersiap memasuki musim penghujan mulai awal Oktober 2025.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar merilis sebagian besar daerah di provinsi diprediksi ini akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi disertai petir dan angin kencang.

BMKG juga mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berlaku sejak 29 September hingga 1 Oktober untuk sejumlah wilayah, antara lain Luwu Timur, Luwu Utara, Toraja Utara, Gowa, Jeneponto, dan Takalar.

Kondisi serupa juga diperkirakan akan berdampak pada seluruh kota Makassar, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Parepare, Pinrang, Tana Toraja, Palopo.

Baca Juga:Gubernur Sulsel Canangkan Bibit Jagung di Pangkep, Rp15,5 Miliar untuk Sampah Jadi Energi dan KA

Sebagian besar Bone, Sinjai, Luwu, hingga sebagian kecil daerah lain seperti Takalar, Bantaeng, Bulukumba, Wajo, Sidrap, Enrekang, dan Luwu Utara.

BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di luar ruangan atau area terbuka.

"Waspadai potensi banjir, banjir bandang, pohon tumbang, hingga tanah longsor," tulis BMKG dalam keterangan resminya yang diterima Minggu, 28 September 2025.

Masyarakat juga diminta rutin memantau informasi terbaru dari BMKG melalui aplikasi Info BMKG, SMS peringatan dini, media sosial, maupun Call Center 196.

Sementara, imbauan khusus juga diberikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), balai wilayah sungai, hingga kepolisian agar memperkuat koordinasi dalam mengatur arus lalu lintas di zona rawan longsor maupun banjir.

Baca Juga:Sekda Sulsel Pimpin Uji Kompetensi Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Tana Toraja

BMKG memperkirakan puncak musim hujan di Sulsel akan terjadi pada November 2025 hingga Mei 2026.

Antisipasi dan Kesiapsiagaan

Kepala BPBD Sulsel, Amson Padolo mengatakan prediksi BMKG harus menjadi dasar bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menyiapkan langkah mitigasi.

"Sebagian besar wilayah Sulsel diperkirakan sudah masuk musim hujan awal Oktober dan akan berlangsung hingga April 2026. Sekitar 42 persen wilayah bahkan masih akan terus diguyur hujan hingga bulan itu," ujarnya.

Menurut Amson, sebagian besar daerah akan mengalami curah hujan normal, namun ada beberapa kabupaten dengan potensi curah hujan di atas normal.

Kondisi ini dikhawatirkan dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

Ia menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak, baik pemerintah daerah, lembaga teknis, hingga masyarakat.

"Penanganan kebencanaan itu urusan bersama. Dibutuhkan keterpaduan dari semua pihak," tambahnya.

BPBD Sulsel juga mendorong kabupaten/kota untuk menyiapkan posko darurat di lokasi rawan bencana.

Antisipasi ini dinilai penting agar evakuasi warga bisa dilakukan cepat jika terjadi eskalasi curah hujan.

Musim hujan juga tidak hanya berpengaruh pada potensi bencana, tetapi juga pada sektor pertanian dan kesehatan. Amson mencontohkan perlunya penyesuaian waktu tanam bagi petani agar tidak terdampak buruk oleh curah hujan tinggi.

"Sektor pertanian harus menyesuaikan, jangan sampai gagal panen," katanya.

Dari sisi kesehatan, hujan berkepanjangan dapat meningkatkan risiko penyakit akibat kelembapan tinggi, seperti demam berdarah, ISPA, atau penyakit kulit.

Karena itu, tenaga medis diminta bersiaga untuk melakukan langkah pencegahan maupun penanganan dini.

Selain itu, sektor infrastruktur juga perlu menyiapkan langkah antisipatif, misalnya membersihkan drainase, memperkuat tanggul sungai, serta menyiagakan alat berat di daerah rawan longsor.

BPBD juga mengingatkan perlunya penyiapan buffer stock dan lumbung pangan di daerah-daerah tertentu untuk menjamin kebutuhan warga ketika akses transportasi terputus akibat banjir atau longsor.

Amson menegaskan, mitigasi bencana menjadi kunci mengurangi dampak buruk musim hujan. Warga yang tinggal di zona rawan diimbau agar waspada sejak dini dan mengamankan dokumen atau barang penting untuk mengurangi kerugian.

"Daerah-daerah yang masuk peta rawan bencana harus lebih waspada. Evakuasi bisa dilakukan lebih cepat jika masyarakat sudah siap," jelasnya.

BPBD Sulsel sendiri telah menyiapkan posko evakuasi di sejumlah lokasi serta menyiagakan tim tanggap darurat.

Upaya ini disebut penting agar jika terjadi bencana, penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi.

Dengan kondisi cuaca yang semakin tidak menentu, kesiapsiagaan dinilai menjadi kunci utama.

Pemerintah, lembaga terkait, hingga masyarakat diharapkan mampu bekerja sama dalam menghadapi musim penghujan tahun ini.

"Walaupun curah hujan diprediksi normal, bencana hidrometeorologi bisa tetap terjadi. Kuncinya adalah waspada dan siap siaga," tegas Amson.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini