Waspadai TBC pada Anak: Gejala, Ancaman, dan Pentingnya Deteksi Dini

Peningkatan ini bukan hanya karena bertambahnya jumlah penderita, melainkan juga karena semakin membaiknya sistem penemuan kasus

Muhammad Yunus
Selasa, 27 Mei 2025 | 18:11 WIB
Waspadai TBC pada Anak: Gejala, Ancaman, dan Pentingnya Deteksi Dini
Dalam tiga tahun terakhir, kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan [Suara.com]

SuaraSulsel.id - Dalam tiga tahun terakhir, kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan.

Namun, peningkatan ini bukan hanya karena bertambahnya jumlah penderita, melainkan juga karena semakin membaiknya sistem penemuan kasus di lapangan.

Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSCM, dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K).

“Setiap tahun angka kasus TBC meningkat. Indonesia menempati posisi kedua dunia dari segi jumlah kasus. Namun, peningkatan itu sebagian besar karena penemuan kasus yang semakin baik, termasuk pada anak-anak,” ujar dr. Nastiti dalam wawancara di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Baca Juga:Guru Ngaji Predator Anak di Makassar Ditangkap! Ini Jumlah Korban Sejak Tahun 2000

Hampir 900 Ribu Kasus TBC di Indonesia pada 2024

Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan, sepanjang tahun 2024, terdapat hampir 900 ribu kasus TBC yang ditemukan di Indonesia dari target 1 juta kasus yang ditetapkan oleh WHO.

Dari angka tersebut, sekitar 15 persen merupakan kasus TBC pada anak.

Tingginya angka ini bukan tanpa sebab. Setelah pandemi COVID-19 berakhir, sistem kesehatan nasional mulai kembali fokus pada deteksi penyakit-penyakit menular, salah satunya TBC.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama para pemangku kepentingan untuk meningkatkan skrining dan diagnosis dini terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini.

Baca Juga:Kisah Pegawai Dinas Kesehatan Kota Makassar Pulang Kampung Bangun Desa Adat

“Semakin banyak kasus ditemukan, semakin besar pula peluang untuk mengobatinya lebih awal. Ini justru kabar baik karena berarti kita semakin aktif dalam menangani TBC secara menyeluruh,” jelas dr. Nastiti.

TBC pada Anak Bisa Berakibat Fatal

Yang menjadi perhatian khusus adalah kasus TBC pada anak. Menurut dr. Nastiti, anak-anak, terutama bayi, merupakan kelompok paling rentan terhadap penularan TBC.

Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum terbentuk secara sempurna.

“Kalau bayi tertular dari orang dewasa, terutama ibunya sendiri, maka kuman TBC bisa menyebar ke berbagai organ tubuh. Mulai dari paru-paru, usus, hati, tulang, bahkan sampai ke selaput otak. Ini sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa,” paparnya.

Ada dua bentuk TBC berat yang dapat terjadi pada anak, yakni TBC milier, yaitu kondisi saat kuman TBC menyebar ke seluruh tubuh, dan TBC meningitis, yaitu infeksi pada selaput otak yang bisa menyebabkan kerusakan saraf permanen hingga kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

Gejala TBC pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Orang tua diimbau untuk lebih waspada terhadap gejala awal TBC pada anak. Gejalanya memang tidak selalu spesifik dan sering kali mirip dengan penyakit umum lain.

Namun, ada beberapa tanda yang bisa menjadi indikator anak terkena TBC, antara lain:

-Demam ringan tetapi berlangsung lebih dari dua minggu

-Berat badan menurun atau tidak naik sesuai usia

-Batuk yang menetap setiap hari

-Nafsu makan menurun dan anak tampak lebih lesu

-Malas bermain dan mudah lelah

-Riwayat kontak erat dengan pasien TBC dewasa

“Kalau anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Deteksi dini akan sangat membantu dalam proses pengobatan,” saran dr. Nastiti.

Pentingnya Deteksi Dini dan Pemeriksaan Kontak Erat

Deteksi dini menjadi kunci utama dalam mengendalikan penyebaran TBC, khususnya di lingkungan keluarga.

Apabila ada satu anggota keluarga yang terdiagnosis TBC, maka semua kontak erat, termasuk anak-anak, harus segera diperiksa.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan melalui uji tuberkulin (Tes Mantoux) atau pemeriksaan rontgen dada.

Dalam kasus tertentu, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan dahak atau tes molekuler cepat (TCM) jika diperlukan.

“Deteksi dan pengobatan dini pada anak akan menghindarkan mereka dari komplikasi berat dan potensi penularan ke orang lain,” tambahnya.

Dukungan Pemerintah dan Peran Masyarakat

Pemerintah terus berupaya meningkatkan program eliminasi TBC di Indonesia. Kampanye nasional, penyediaan layanan pemeriksaan gratis, serta edukasi masyarakat menjadi fokus utama.

Namun, peran aktif masyarakat dalam mengenali gejala dan melakukan pemeriksaan juga sangat penting.

“Banyak orang tua masih ragu membawa anaknya ke layanan kesehatan hanya karena gejala seperti batuk atau demam ringan. Padahal, kalau ini TBC dan dibiarkan, risikonya bisa fatal,” tegas dr. Nastiti.

Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan melalui pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin) kepada bayi.

Vaksin ini terbukti efektif mengurangi risiko terjadinya TBC berat pada anak.

TBC bukan hanya penyakit orang dewasa. Anak-anak pun rentan tertular, bahkan dengan dampak yang lebih serius.

Dengan jumlah kasus TBC di Indonesia yang terus meningkat, masyarakat dituntut lebih peka terhadap gejala dan pentingnya pemeriksaan dini.

Sebagai bagian dari upaya eliminasi TBC nasional, mari kita bersama-sama menjaga anak-anak dari bahaya tuberkulosis.

Deteksi dini, pengobatan tuntas, dan edukasi yang merata adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia bebas TBC.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini