Dengan jumlah 2.000 pohon per hektare dan produktivitas 20 kg per pohon, serta harga jual Rp4.500/kg, petani bisa meraih laba bersih sekitar Rp260,7 juta pada tahun pertama.
“Biaya produksi pada tahun pertama diperkirakan Rp99,3 juta. Tahun berikutnya bisa turun hingga 50 persen, sehingga margin keuntungan semakin besar,” jelas Darwisman.
Pisang Cavendish Sulsel Siap Bersaing Global
Dengan dukungan pemerintah, akses pembiayaan, dan skema pemasaran yang jelas, pisang cavendish asal Sulsel kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi komoditas ekspor unggulan.
Baca Juga:Gurita Bantaeng Mendunia: Ekspor Perdana Rp2,3 Miliar ke Amerika Latin
Bahkan, potensi ekspor tidak hanya ke Korea Selatan dan Oman, tetapi juga membuka peluang ke pasar-pasar lain seperti Jepang, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN.
PT Cipta Agri Pratama menargetkan peningkatan kapasitas ekspor dalam waktu dekat. Dengan permintaan tinggi dan konsistensi suplai dari petani lokal, perusahaan optimistis bisa memenuhi target 20 kontainer per bulan, bahkan lebih.
Dampak Ekonomi Nyata bagi Petani dan Daerah
Program ini tidak hanya fokus pada ekspor semata, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi langsung bagi masyarakat.
Petani mendapatkan pendapatan yang jauh lebih baik, adanya lapangan kerja baru di sektor pertanian, serta terciptanya model bisnis pertanian berbasis korporasi yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga:BRI Dorong UMKM Go Global, Dukung Partisipasi di Pameran Internasional Singapura 2025
Dengan pendekatan ini, Sulawesi Selatan siap menjadi lumbung ekspor hortikultura nasional, dan model pengembangan pisang cavendish ini bisa direplikasi ke komoditas pertanian lainnya.