10 Muharram, 2025: Bagaimana Masyarakat Sulawesi Selatan Rayakan dengan Bubur Syura?

Bubur Syura merupakan bagian dari warisan budaya Islam di daerah ini

Muhammad Yunus
Senin, 07 Juli 2025 | 12:28 WIB
10 Muharram, 2025: Bagaimana Masyarakat Sulawesi Selatan Rayakan dengan Bubur Syura?
Tradisi Bubur Syura yang menjadi hidangan dalam setiap 10 Muharram (dalam kalender Islam) hingga saat ini masih terjaga di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan [Suara.com/ANTARA]

SuaraSulsel.id - Warga di Sulawesi Selatan tetap mempertahankan tradisi Bubur Syura yang diperingati setiap tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam.

"Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan solidaritas yang masih melekat di kalangan warga Suku Bugis dan Makassar," kata Pemerhati Komunikasi Antarbudaya Hatita dari Universitas Muslim Indonesia di Makassar, Minggu 6 Juli 2025.

Dia mengatakan Bubur Syura merupakan bagian dari warisan budaya Islam di daerah ini terus dipertahankan dan menjadi simbol kebersamaan dan keakraban masyarakat.

Oleh karena itu, kata dia, setiap 10 Muharram, masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar dan sekitarnya, berkumpul di rumah atau masjid untuk melaksanakan doa dan zikir bersama.

Baca Juga:Selvi Ananda Dua Kali Salah: Sulawesi Disebut Sumatera, Ini Reaksi Hadirin

Sebelumnya, warga menyiapkan Bubur Syura bersama dengan keluarga ataupun kerabat. Makanan bubur yang terbuat dari beras, santan, dan berbagai pernak-pernik untuk toping bubur tersebut.

Hal senada juga sampaikan warga Kota Makassar, Rahmatia. Menurut dia, Bubur Syura ini memberikan dampak sosial yang sangat baik di kalangan masyarakat karena mengajak masyarakat untuk selalu berbagi dengan sesama.

"Seusai doa bersama,selalu ada kegiatan membagi-bagikan Bubur Sura kepada tetangga, keluarga ataupun teman," katanya.

Menurut dia, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Bubur Syura ini, selain memupuk solidaritas, juga meningkatkan kesetiakawanan sosial.

"Pasalnya mulai dari pembuatan Bubur Syura melibatkan banyak orang dari keluarga hingga komunitas. Mereka bekerja sama untuk menyiapkan bahan-bahan, memasak hingga mendistribusikan bubur kepada masyarakat," katanya.

Baca Juga:Tenun Kajang: Warisan Sakral Sulawesi Siap Mendunia dengan Indikasi Geografis

Festival Bubur Suro

Bupati Serang Ratu Rachmatu Zakiyah mengapresiasi pelaksanaan Festival Bubur Suro di Agro Wisata Durian Ciseuti, Desa Curuggoong, Kecamatan Padarincang sebagai pelestarian budaya.

"Saya mengapresiasi inisiatif Desa Curuggoong yang menyelenggarakan kegiatan Bubur Suro ini sebagai peringatan 10 Muharam yang memiliki makna mendalam dalam sejarah Islam," kata Ratu Rachmatu Zakiyah di Serang.

Ia mengatakan kegiatan ini memiliki tiga tujuan mulia yang selaras dengan visi Kabupaten Serang.

Adapun ketiga tujuan itu meliputi mempererat nilai gotong royong masyarakat, memajukan pariwisata desa, dan menghidupkan kembali warisan budaya.

Pemerintah Kabupaten Serang mendukung kegiatan positif yang dapat memperkaya khazanah budaya daerah dan memperkuat ikatan sosial masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini