Kisah Pegawai Dinas Kesehatan Kota Makassar Pulang Kampung Bangun Desa Adat

Ndikosapu, sebuah desa adat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur

Muhammad Yunus
Minggu, 04 Mei 2025 | 16:31 WIB
Kisah Pegawai Dinas Kesehatan Kota Makassar Pulang Kampung Bangun Desa Adat
Antonius Bewa, Musolaki atau ketua adat di Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur yang berkomitmen untuk menjadikan desanya sebagai desa mandiri dan layak anak [SuaraSulsel.id/ANTARA]

Namun, tantangannya besar. Angka partisipasi sekolah masih rendah. Selain jarak sekolah yang jauh, banyak anak belum memiliki akta kelahiran.

Pendataan terakhir menunjukkan 30-40 persen anak belum memilikinya, padahal dokumen ini penting untuk mengakses layanan pendidikan dan kesehatan.

“Saya tidak apa tertinggal, tapi masyarakat jangan. Harus ada satu dua yang jadi orang sukses. Sekolah dan kesehatan ini penting. Tapi kalau anak-anak tidak punya akta, bagaimana bisa lanjut sekolah atau berobat?” kata Antonius.

Ndikosapu dihuni sekitar 127–130 kepala keluarga. Akses jalan tetap jadi tantangan. Berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan kontur perbukitan, jalan di desa ini mudah rusak dan rawan longsor.

Baca Juga:Rahasia Desa Wunut Klaten Berdaya dengan BRI dan Sejahterakan Warganya

Bila bencana terjadi, satu-satunya pilihan adalah berjalan kaki atau naik motor. Pilihan yang sungguh melelahkan untuk menuju ke pasar atau sekolah yang berjarak sekitar 15 kilometer di kecamatan itu.

Namun, keterbatasan itu tidak menghentikan langkah mereka. Salah satu terobosan besar adalah memanfaatkan internet satelit secara swadaya.

Bagi mereka, internet bukan soal gaya hidup, tapi kebutuhan mendesak.

Kabut menyelimuti perbukitan di Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur [SuaraSulsel.id/ANTARA]
Kabut menyelimuti perbukitan di Desa Ndikosapu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur [SuaraSulsel.id/ANTARA]

Kini anak-anak dapat belajar daring dan mudah mencari referensi pelajaran yang mereka inginkan. Pemerintah desa juga lebih mudah mengelola administrasi.

Bahkan, pemuda mulai memanfaatkan platform digital untuk mempromosikan hasil tani, tenun, dan budaya lokal mereka.

Baca Juga:Dua Hari Satu Malam! Perjalanan Ekstrem Antar Logistik Pilkada ke Desa Terpencil di Sulsel

“Yang lebih penting, kami bisa belajar dan memperkuat apa yang bisa kami lakukan dan kami punya,” kata Antonius sambil tersenyum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini