SuaraSulsel.id - "Dulu, saya punya keluarga utuh yang bahagia. Istri salihah dan seorang anak yang cantik. Tiap hari Sabtu kami ke mall, atau staycation di Malino. Itu dulu, sebelum saya kenal judi online".
Begitulah Hari (34 tahun), bukan namanya sebenarnya, membuka percakapan. Saat saya menemuinya di salah satu warung kopi di jalan Boulevard, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Jumat, 4 Oktober 2024.
Siang itu, ia baru saja selesai menjalani hipnoterapi dengan seorang Psikolog. Sudah beberapa bulan terakhir Hari berusaha sembuh dari kecanduan gambling yang membuatnya kehilangan pekerjaan dan keluarga.
"Sekali sesi (hipnoterapi) itu sekitar Rp500 ribu. Satu atau dua kali dalam seminggu," keluhnya dengan tarikan nafas panjang.
Baca Juga:Kepala Samsat Makassar Terancam Penjara 6 Bulan, Ini Respons Pj Gubernur Sulsel
Pekerja swasta itu pernah di posisi yang mapan. Tabungan aman, punya keluarga yang sangat bahagia.
Itu ketika Hari belum kenal yang namanya slot. Pada tahun 2022, ia tergoda dengan postingan salah satu selebgram seksi yang ia kenal, juga merupakan mantan pramugari. Akun instagram itu kini hilang ditelan bumi.
"Istilahnya dia BA-nya (Brand Ambassador) waktu itu. Karena saya kenal, saya iseng DM (direct message) dan dibalas. Ada rasa penasaran dan gengsi dong kalo tidak klik link-nya," ucapnya.
Hari mengaku sebenarnya sudah tahu lama soal slot. Beberapa teman kantornya juga pemain. Namun, setelah coba-coba deposit Rp500 ribu, ia mulai suka. Ternyata asyik.
"Satu kali, dua kali spin, belum. Kalau gak salah kelima kalinya baru win, sekitar Rp700 ribu saya ingat. Ulang lagi, ulang lagi. Habis, depo lagi begitu seterusnya," sebutnya.
Baca Juga:Hakim "Yang Mulia" di Makassar Mogok Kerja, Sidang Kasus Korupsi Ditunda
Hingga suatu hari, Hari jackpot sampai Rp38 juta. Bahagianya bukan main. Uang segitu setara dengan gajinya selama 4 bulan.
"Mulai sejak itu semua perhatian saya teralihkan ke slot. Di kantor, di warkop atau kadang sembunyi di rumah. Depo yang lebih besar, maksudnya supaya menang juga besar," jelasnya.
Kemenangan itu membuatnya ketergantungan. Hari mulai merasa kecanduan setiap transfer saldo ke akunnya.
Ia sadar uang untuk deposit selama ini sudah tidak sebanding dengan kemenangan yang ia dapatkan. Tapi bukannya berhenti, bapak satu anak itu masih yakin Dewa Zeus akan memberinya kemenangan.
Di pikirannya dalam 10 kali spin, pasti bisa "big win" satu kali. Sayangnya, gambar yang muncul tidak pernah lagi sama.
"Saya sadar ini sudah kecanduan setiap mau log in. Tapi anehnya semakin tahu, semakin tidak bisa berhenti. Padahal saya sadar uang yang keluar sudah ratusan juta. Sampai uang di rekening saya itu tidak cukup untuk bawa anak saya main di mall lagi," jelasnya.
Keadaan itu membuat istrinya curiga. Karena kepepet, Hari terpaksa melakukan pinjaman online di dua aplikasi.
Uang pinjol itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar tidak curiga, sebagian lagi untuk deposit slot.
"Saya ingat punya sepatu docmart itu sampai saya jual ke teman karena sudah tidak punya uang sama sekali," ucapnya.
Sayangnya Hari kalah terus. Kemenangan-kemenangan yang didapatkan di awal ternyata semu. Berkali-kali coba, ia tetap gagal.
Gajinya tak mampu lagi menutupi tagihan pinjol dan kebutuhan hidup. Diam-diam Hari menggadaikan mobil pemberian mertuanya.
Modusnya ketahuan saat debt collector datang menagih ke rumah. Mobil sedan yang digadaikan itu gagal bayar.
"Saya tidak bisa lagi menyangkal. Saya akui semua," ucapnya.
Hubungan dengan keluarganya pun semakin runyam. Istrinya yang tak terima kemudian melaporkan Hari ke kantor.
Hingga akhirnya, Hari dikeluarkan dari tempatnya bekerja. Dua minggu setelahnya, sekitar awal Maret 2024, ia juga menerima hadiah berupa gugatan cerai yang dilayangkan istrinya.
"Seketika dunia saya serasa berhenti. Tidak tahu mesti bagaimana, semuanya hilang sekejap dalam waktu yang sangat singkat," katanya.
Setelah semua kejadian itu, Hari merasa tertampar. Ia berhenti bermain judi. Di lubuk hatinya, dia juga memiliki perasaan dendam bagaimana mengembalikan semua uang dan kebahagiaan keluarganya seperti dulu.
Sebelum disarankan hipnoterapi, Hari lebih banyak mengurung diri di kamar. Ia kadang menyakiti diri sendiri karena tidak bisa mengendalikan emosi.
Ia juga mesti mencari pinjaman lagi demi biaya hipnoterapi yang mahal. Sekali sesi pertemuan harus merogoh kantong Rp500 ribu.
Bukan hanya Hari, sejumlah kisah tragis di Sulsel juga pernah viral karena kecanduan judi online.
Salah satunya adalah anggota polisi berinisial Bripda YL. Polisi yang bertugas di kota Makassar itu pernah melakukan percobaan bunuh diri setelah kalah besar bermain slot.
Ada juga anggota DPRD dari Fraksi Demokrat, AS di Kabupaten Luwu Utara yang pernah diviralkan oleh istrinya. Sang istri jengkel karena AS menghabiskan gajinya untuk bermain judi online.
Kisah lain ada Kepala Cabang BFI Finance di Tana Toraja yang terpaksa mendekam di penjara akibat judi online. Ia nekat menjual mobil operasional kantor setelah terlilit utang akibat slot.
Apa yang Dilakukan Pemerintah?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 3.797.429 orang terdata sebagai pemain judi online selama tahun 2023. Jumlah ini merupakan data yang teridentifikasi secara nasional.
Kepala OJK Sulsel dan Barat, Darwisman mengatakan, di antara angka itu, 15 persen pemain merupakan wanita atau mencapai 583.799 orang. Sementara, sekitar 80 persen dari total jumlah pemain melakukan deposit dengan nominal kecil.
"Rata-rata mereka masyarakat berpenghasilan rendah," ujar Darwisman.
Kendati depositnya kecil, namun jika dijumlahkan totalnya terbilang fantastis. Bahkan mencapai Rp 34 Triliun yang didapatkan bandar dengan mudahnya,
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemprov Sulsel Sultan Rakib juga mengakui sulitnya memberantas judi online.
Sejak Satgas dibentuk pada Juni 2024 lalu, ada jutaan situs yang sudah diblokir. Namun, selalu muncul nama yang berbeda.
Sejumlah situs milik Pemprov Sulsel bahkan pernah jadi korban. Seperti website Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan beberapa sekolah.
"Mereka ini pintar. Masuk ke situs pemerintah supaya tidak terdeteksi oleh Kementerian Kominfo. Atau bikin web, misal kata judi, huruf "i" itu diganti angka 1, jadi lolos lagi," kata Sultan, Selasa, 8 Agustus 2024.
Ia menegaskan di Sulsel sudah tim satgas PASTI yang dikoordinir oleh OJK. Pihaknya juga masif melakukan edukasi ke kabupaten dan kota agar masyarakat lebih aware terhadap dampak dari judi online.
"Kami sudah mendapatkan arahan dari Dirjen Aptika Kementerian Kominfo bahwa ini kategori penipuan besar yang dikendalikan bandar. Random Number Generator atau RNG sudah disetting. Siapa pun yang diinginkan menang atau kalah, tergantung maunya bandar. Dengan strategi illusion of control bisa menjadikan pemain jadi kecanduan," jelasnya.
Pada pertemuan Kepala Dinas Kominfo seluruh Indonesia baru-baru ini, mereka mengusulkan agar pemberantasan judi online bisa menggunakan kecerdasan artifisial atau AI. Cara itu bisa menganalisis data besar (big data) dan mendeteksi pola-pola mencurigakan dan aktivitas ilegal di internet.
"Jadi kalau ada yang mencurigakan langsung terblok," katanya.
Sultan menegaskan dampak negatif dari judi online sangatlah besar. Tak hanya kerugian finansial tapi yang lebih bahaya adalah gangguan psikologis.
Tak sedikit korban yang hampir gila karena kecanduan. Ia mengaku pernah menemui salah satu pegawai negeri sipil yang kehilangan ratusan juta karena judi online.
"Jadi dampaknya memang tidak main-main. Saya sampai geleng-geleng kepala pas dengar cerita ASN ini," jelasnya.
Masalah diperparah dengan belum adanya rumah sakit milik pemerintah yang membuka layanan konseling atau hipnoterapi bagi korban judi online.
Padahal, ada rumah sakit khusus daerah (RSKD) Dadi yang punya penanganan terbaik untuk pasien yang mengalami gangguan kejiwaan di Indonesia Timur.
Jika melakukan hipnoterapi secara mandiri, biayanya cukup mahal, apalagi tidak ditanggung BPJS. Toh, mereka yang bermain judi online sudah jadi korban materi.
"Ini yang sementara kami bahas bagaimana agar semua RSUD di Sulsel punya Psikolog yang bisa melakukan hipnoterapi klinis kepada korban judi online. Obatnya memang hanya dengan hipnoterapi," tukasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing