Tradisi Malam Pasang Lampu Sambut Lailatul Qadar di Gorontalo

Merayakan tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu dengan penuh makna menyambut Lailatul Qadar

Muhammad Yunus
Minggu, 07 April 2024 | 13:06 WIB
Tradisi Malam Pasang Lampu Sambut Lailatul Qadar di Gorontalo
Sekda Gorontalo Utara Suleman Lakoro bersama jajaran dan Ketua MUI Kabupaten juga tokoh agama dan tokoh adat setempat, melakukan pemasangan lampu botol mengawali tradisi malam pasang lampu atau "Tumbilotohe" di 27 Ramadan [SuaraSulsel.id/Diskominfo Gorontalo Utara]

SuaraSulsel.id - Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengajak masyarakat Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo untuk merayakan tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu dengan penuh makna menyambut Lailatul Qadar.

"Kita bergembira, berbahagia hari ini dalam rangka mengakhiri Ramadhan sesuai tradisi Gorontalo," ucap Nelson pada perayaan Tumbilotohe di Limboto, Sabtu 6 April 2024.

Ia menjelaskan, tradisi malam pasang lampu dilakukan dalam rangka menyambut Lailatul Qadar, dan tradisi itu merupakan budaya Gorontalo yang sangat penting.

Menurut Bupati Gorontalo, walaupun malam perayaan tradisi tahunan tersebut diguyur hujan, namun tetap bermakna berkah.

Baca Juga:Menjelang Perayaan Tumbilotohe di Gorontalo, Lampu-lampu Mulai Terpasang

"Saya sampaikan tahun ini tahun terakhir masa jabatan saya sebagai Bupati, mengakhiri ini Alhamdulillah kita bisa menikmati bulan suci Ramadhan, kita doakan Ramadhan ini punya berkah untuk kita kembalikan ke fitrah," kata Nelson.

Bupati dua periode itu berharap malam pasang lampu dapat menjadi pemberi semangat dalam membangun daerah dan mendoakan agar pada tahun ini rakyat Kabupaten Gorontalo mendapatkan berkah hari raya Idul Fitri.

"Saya bergembira bagi rakyat yang khususnya orang Gorontalo dan yang mudik keluar Gorontalo kita berharap membawa berkah bagi daerah ini satu memberikan semangat rakyat kita di daerah ini," kata dia.

Sekretaris Daerah (Sekda) Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo Suleman Lakoro mengatakan tradisi "Tumbilotohe" atau malam pasang lampu di setiap 27 Ramadhan merupakan tradisi bernilai ekonomis tinggi.

Menurutnya di Gorontalo, Sabtu bahwa tradisi Tumbilotohe tidak hanya mengandung nilai-nilai kebudayaan dalam Keislaman di Provinsi Gorontalo namun mampu menciptakan pasar produktif di sektor riil.

Baca Juga:Harga Tiket Penerbangan Subsidi Pesawat Perintis di Bandara Djalaluddin Kabupaten Gorontalo

Meski tradisi ini hanya dilaksanakan di tiga malam terakhir di bulan Ramadhan menjelang lebaran Idul Fitri namun tradisi ini sangat bernilai ekonomis tinggi.

Pedagang kecil menjual lampu dari botol bekas yang berisi sumbu kompor dan minyak tanah ataupun dapat menggunakan minyak goreng.

Botol berisi sumbu tanpa minyak dijual Rp2.000 per buah atau Rp1.500 per buah tanpa sumbu dan minyak.

"Tentu masyarakat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat berkreasi memanfaatkan momen ini untuk meraup pendapatan," katanya.

Selain itu tradisi Tumbilotohe dapat menjelma menjadi wisata religi yang dapat diandalkan untuk mempromosikan potensi pariwisata daerah ini.

Olehnya kata Sekda, tradisi ini patut dijaga dan dilestarikan sebab dampaknya sangat besar dalam menjaga tradisi maupun menciptakan kegiatan bernilai ekonomis tinggi.

Sekda bersama unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), pejabat di lingkup pemerintahan daerah, serta Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten KH. Hasan Tarua, para tokoh agama dan tokoh adat setempat melakukan pemasangan lampu botol perdana di malam Tumbilotohe berlangsung di rumah dinas Sekda.

Tradisi ini juga dilakukan umat Islam di seluruh Wilayah kecamatan yang ada, baik di pelataran masjid, lapangan desa maupun di teras dan digantung di pagar rumah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini