SuaraSulsel.id - Masa kampanye identik dengan perputaran uang yang lebih besar. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan mencatat peredaran uang selama musim kampanye mencapai Rp846 miliar.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Head Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan, Rudy Bambang Wijanarko di Makassar, Selasa, 6 Februari 2024.
"Aliran uang keluar selama kampanye Rp864 miliar. Terdiri dari Rp848, 91miliar pecahan besar dan pecahan kecil 15,74 miliar," ujarnya.
Rudy mengatakan peningkatan jumlah uang keluar atau outflow selama musim kampanye di Sulawesi Selatan meningkat drastis. Faktor lainnya karena musim Pemilu bersamaan dengan perayaan Imlek.
Baca Juga:Ketua TKD Prabowo-Gibran Bagi-bagi Uang Saat Kampanye, Ini Respons Bawaslu
Bank Indonesia memproyeksi peredaran uang tunai di Sulsel bisa mencapai Rp1,26 triliun menjelang pencoblosan. Angka ini tumbuh positif 45,6 persen dari Pemilu tahun 2019.
"Ini yang membuat transkasi pembayaran semakin meningkat karena bersamaan dengan hari raya Imlek," ucapnya.
Rudi berharap dengan tingginya perputaran uang kartal di Sulsel tersebut bisa memicu peningkatan konsumsi masyarakat.
"Yang paling naik selama kampanye itu industri perhotelan dan makan minum," ucapnya.
Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Rizki Ernadi Wimanda menambahkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diproyeksi naik pada triwulan 1 tahun 2024 antara 4,5 hingga 5,2 persen.
Baca Juga:Realisasi Belanja Negara di Sulawesi Selatan Mencapai Rp54,53 Triliun
Saat ini, kondisi perekonomian di Sulsel hanya 4,51 persen. Artinya tumbuh melambat dibanding pertumbuhan nasional yang mencapai 5,05 persen.
"Rapor Sulsel saat ini merah. Paling rendah di semua provinsi di Sulampua. Pertumbuhannya hanya 4,51 persen. Yang tertinggi itu Maluku Utara dan Papua," ucapnya.
Namun menurutnya, musim Pemilu di bulan Januari-Februari, kemudian bulan ramadan di bulan Maret bisa mendongkrak tingkat konsumsi rumah tangga. BI memproyeksi perekonomian Sulsel bisa pulih lagi di triwulan I.
"Bisa menaikkan sektor perdagangan, akomodasi, termasuk industri makan minum tentu naik karena adanya mobilitas masyarakat yang tinggi," ucapnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing