SuaraSulsel.id - Pamali atau Pemmali bagi warga Bugis Makassar merupakan konsep budaya yang mengacu pada pantangan atau larangan tertentu. Diyakini membawa kesialan atau nasib buruk jika dilarang.
Hal yang terbilang tabu ini tertanam kuat dalam budaya masyarakat Bugis Makassar dan dipegang teguh hingga saat ini. Pemmali biasanya dituturkan oleh orang tua kepada anak atau oleh orang yang lebih tua.
Asal-usul Pemmali biasanya ditelusuri kembali ke kepercayaan animisme masyarakat Bugis Makassar.
Di masa lalu, orang-orang percaya bahwa segala sesuatu di alam punya roh atau jiwa, atau tindakan atau perilaku dapat menyinggung roh tersebut sehingga membawa kesialan.
Baca Juga:Cedera Serius, Dua Pemain Inti Persik Kediri Absen Hadapi PSM Makassar
Seiring berjalannya waktu, kepercayaan tersebut menyatu dengan budaya Bugis, dan menjadi bagian dari norma sosial dan adat istiadat masyarakat.
Ada banyak contoh Pemmali dalam budaya Bugis Makassar, mulai dari tingkah laku, makanan hingga penampilan. Berikut beberapa contohnya:
1. Dilarang Menyebut Balawo
Pantangan ini erat dengan kehidupan petani. Dalam bahasa Bugis, Balawo artinya tikus.
Balawo merupakan musuh petani di musim panen. Masyarakat percaya jika menyebut kata Balawo di musim panen akan berujung sial.
Baca Juga:Adik Menteri Pertanian Dituntut 11 Tahun Penjara dan Kembalikan Uang Rp13,7 Miliar
Masyarakat biasanya mengganti kata tikus dengan kata-kata rujukan yang lebih halus. Seperti "Punnah Tanah" atau penguasa tanah.
2. Tidak Boleh Menyisakan Makanan
Orang Bugis paling pantang menyisakan makanan. Mubazir alasannya. Walaupun hal ini tidak diterapkan secara adat dan agama, namun orang tua di Bugis akan menerapkan aturan ini secara ketat di keluarga.
Hal yang serupa berlaku seperti pemmali meninggalkan makanan yang sudah dihidangkan. Orang Bugis-Makassar percaya hal tersebut bisa mengundang bencana.
3. Jangan Menopang Dagu
Orang tua juga akan melarang anaknya Mattula Bangi atau bertopang dagu. Gestur ini menunjukkan bahwa seseorang itu pemalas.
Mattula juga diyakini bahwa anak akan sial. Hal ini menunjukkan sikap malas, hanya berpangku tangan sehingga hidupnya akan menderita.
Sementara, orang tua mengajarkan anak untuk terus berusaha, bekerja dengan sungguh-sungguh agar bisa mandiri.
4. Tidak Boleh Duduk di Bantal
Pemmali ini seperti pantangan di daerah lain pada umumnya. Anak tidak boleh duduk di atas bantal karena diyakini akan terkena penyakit bisul.
Namun sebenarnya maksudnya untuk menghindari bantal dari kerusakan. Akan tetapi arangan ini dengan tidak sengaja mengajarkan anak untuk tidak menduduki bantal yang seharusnya digunakan untuk tidur, bukan sebagai tempat duduk.
5. Pantang Menyanyi Bagi Perempuan di Dapur
Perempuan yang tumbuh besar di suku Bugis Makassar juga dilarang menyanyi saat sedang memasak atau menyiapkan makan di dapur. Konon bakal sulit menemukan jodohnya.
Namun, jika ditafsirkan, perempuan dilarang menyanyi di dapur karena jangan sampai makanan terkena air ludah atau tumpah di makanan.
Bisa jadi makanannya tidak akan higienis atau menimbulkan penyakit bagi yang menyantap.
6. Perempuan Dilarang Tidur Hingga Siang
Masyarakat Bugis-Makassar juga memegang teguh pemali ini. Pantang hukumnya bagi perempuan tidur hingga siang hari.
Rezekinya disebut akan berkurang. Jika ditafsirkan, perempuan yang bangun kesiangan paling sering diidentikkan dengan kata malas.
Maka, efeknya adalah pekerjaan akan terbengkalai. Rezeki pun menjauh jika bangun siang dibiasakan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing