Melihat Kampung Sepak Bola Tulehu Maluku, Anak Baru Lahir Langsung Dibawa ke Lapangan Sepak Bola

Daerah ini dikenal sebagai daerah yang banyak melahirkan pesepak bola berbakat

Muhammad Yunus
Minggu, 19 Februari 2023 | 08:21 WIB
Melihat Kampung Sepak Bola Tulehu Maluku, Anak Baru Lahir Langsung Dibawa ke Lapangan Sepak Bola
Pertandingan eksebisi U-40 di lapangan sepak bola Tarembal Matawaru, Tulehu, Maluku [SuaraSulsel.id/Antara]

Kisah perkembangan sepak bola anak-anak Tulehu bahkan pernah diabadikan dalam sebuah film karya produser ternama Angga Dwimas Sasongko yang berjudul 'Cahaya dari timur' pada 2014.

Film itu dibuat selama empat tahun oleh tim produksi yang memang didominasi orang Ambon dan menuai sukses. Cahaya dari Timur: Beta Maluku bukan hanya menang FFI, tetapi juga berkesempatan berkeliling dunia. Bahkan, saat pemutaran film itu di Kota Ambon, seluruh bioskop tak pernah sepi meski hanya memutar film yang sama dalam sebulan penuh.

Menjaga identitas Tulehu

Tepat pukul 15.00 WIT, anak-anak di Tulehu berbondong-bondong mendatangi lapangan sepak bola yang mereka biasa menyebutnya Tarembal Matawaru.

Baca Juga:Rekor Baik Persebaya Surabaya, Takluk di Laga Melawan Bali United : Bajul Ijo Kalah 4-0

Legenda Persebaya Surabaya era 1990 dan 2000-an, Rachel Tuasalamony, tengah bersiap-siap di samping lapangan dengan seluruh peralatannya untuk melatih anak-anak tersebut.

Tujuan Rahel untuk melatih anak-anak Tulehu adalah membentuk anak-anak Tulehu menjadi pemain sepak bola profesional yang bisa dilirik klub-klub besar Indonesia . "Kami fokus melahirkan pemain berbakat dari kampung ini. Jangan sampai hilang identitas Tulehu yang melahirkan pesepak bola profesional," ucap Rahel.

Semangat bermain bola seakan melekat pada anak-anak Tulehu. Jauh sebelum mereka tumbuh besar, orang tua mereka ketika upacara aqiqah, di antara perlengkapannya menggunakan rumput lapangan sepak bola. Upacara seperti aqiqah seperti pada umumnya, namun air dan rumput yang dipakai berasal dari Wailatu serta Tarembal Matawaru.

Dengan begitu, para orang tua mereka berharap kelak anak-anaknya akan menjadi pesepak bola terkenal seperti pendahulunya. "Di Tulehu kalau bukan jadi pemain bola, ikut seleksi TNI/POLRI," kata salah satu punggawa Bali United dari Tulehu, Sidik Saimima.

Warga Tulehu seperti mendedikasikan hidupnya untuk sepak bola. Bukan hanya aqiqah pada bayi, namun kompleks pemakaman tak jauh dari Tarembal Matawaru itu sendiri, jaraknya hanya 10 meter dari lapangan.

Baca Juga:Shin Tae-yong Menanti Diskusi Tentang Sepak Bola Indonesia dengan Erick Thohir

Akhir pekan di Tulehu rasanya seperti sedang ada kompetisi sepak bola. Pasalnya, ratusan pemain bola dari seluruh Pulau Ambon berdatangan untuk "bersilaturahmi" sepak bola di Tarembal Matawaru.

Bahkan, pada saat Ramadhan, tradisi bermain bola yang diakhiri dengan adzan Maghrib pun seperti menjadi rutinitas di kampung yang bertetangga dengan Desa Waai itu. Puncaknya, pada saat momentum perayaan Idul Fitri.

Pagi usai menjalankan shalat Ied, mereka bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan seperti pada umumnya. Pada sore hari, seluruh pemain sepak bola asal Maluku yang merumput di Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3 Indonesia, akan bermain satu lapangan dalam laga amal.

Nama-nama seperti Sidik Saimima, Alfin Tuasalamony, Ramdani Lestaluhu, Rivat Marasabessy, dan lain sebagainya berkumpul untuk merayakan Idul Fitri lewat sepak bola.

Laga bertajuk Idul Fitri games itu mengundang pecinta sepak bola dari seluruh penjuru Maluku untuk datang langsung dan menyaksikan punggawa sepak bola nasional di Tarembal Matawaru.

Warga setempat biasanya mematok tiket yang variatif, dan hasilnya akan digunakan untuk pembinaan sepak bola di kampung tersebut serta disumbangkan untuk Masjid Raya Tulehu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini