SuaraSulsel.id - Fenomena embun beku melanda Kampung Kuyawage, Kampung Luarem, dan Jugu Nomba di Kabupaten Lanny Jaya, Papua.
Mengutip KabarPapua.co -- jaringan Suara.com, Kepala Balai Besar Wilayah V Jayapura, Hendro Nugroho, menjelaskan berdasarkan analisis hujan dasarian III Juni hingga dasarian I Juli, wilayah Lanny Jaya masuk dalam kategori menengah hingga rendah dengan curah hujan antara 25 – 75 mm/dasarian.
Suhu udara minimum di Jayawijaya berkisar antara 12 – 15 derajat Celcius.
“Suhu udara di Lanny Jaya dapat lebih rendah karena perbedaan ketinggian antara Lanny Jaya dan Jayawijaya,” jelasnya, Selasa 2 Agustus 2022.
Baca Juga:Darurat! 4 Warga di Papua Meninggal Dunia Akibat Kelaparan
BMKG mengimbau kepada pemerintah kabupaten dan juga masyarakat Lanny Jaya untuk tetap waspada. Terhadap potensi cuaca ekstrem yang terjadi seperti embun beku, hujan es, dan angin kencang.
Akibatnya warga di kampung tersebut mengalami gagal panen. Karena tumbuhan yang ditanam tak membuahkan hasil karena cuaca ekstrem.
“Perlu dibangun lumbung untuk menyimpan makanan. Agar saat kemarau masyarakat tidak mengalami kelaparan,” katanya.
BMKG memprediksi awal musim kemarau di Papua terjadi pada Maret 2022 dan sesuai prakiraan BMKG di Wilayah Kabupaten Lanny Jaya yang termasuk dalam ZOM 340 awal musim kemarau terjadi pada Juni Dasarian I dengan puncak musim kemarau juga terjadi pada bulan Juni 2022.
Saat musim kemarau ada beberapa hal yang terjadi di antaranya penurunan curah hujan, dikarenakan potensi pembentukan awan cenderung tidak signifikan.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Sumut Rabu 3 Agustus, Pagi Cerah Berawan, Malam Hujan
Pertumbuhan awan yang tidak signifikan juga menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin. Karena panas yang diterima dapat langsung dipantulkan kembali keluar bumi.
“Udara akan terasa lebih dingin dikarenakan massa udara dari selatan yang bersifat kering dan dingin. Proses evapotranspirasi mengakibatkan tumbuhan semakin kering dan tidak dapat bertahan hidup,” jelasnya.