Apakah Anda tahu bahwa Bumiputera lahir sebagai bentuk perlawanan masyarakat pribumi dalam merespon keberadaan NILMIJ – perusahaan asuransi Belanda yang kelak dinasionalisasi menjadi Jiwasraya?
Apakah Anda pernah mengingat - sekadar menyebut beberapa nama berikut: Dr Soekiman Wirjosandjojo (Perdana Menteri RI, 1951-1952); Notohamiprojo (Menteri Keuangan RI, 1959), RM Soemanang (Direktur Eksekutif IMF, 1962), Sutjipto S. Amidharmo, satu-satunya Menteri Urusan Perasuransian (1965) yang pernah dipunyai Indonesia? Bukankah nama mereka ada yang diabadikan menjadi nama gedung di Kementrian Keuangan RI?
Apakah Anda menyadari bahwa mereka adalah kader-kader dan tokoh Bumiputera? Apakah Anda tidak tahu bahwa F.Soediono, Moch. Hasyim dan Indra Hattari, aktuaris generasi pertama Indonesia lulusan Amerika itu adalah karyawan Bumiputera?
Saat saya masih aktif di Bumiputera, saya masih mengingat bahwa pemegang sertifikasi profesi manajemen asuransi terbanyak di industri saat itu berasal dari Bumiputera dan Jiwasraya.
Apakah Anda tahu bahwa lembaga pendidikan asuransi di Indonesia diinisiasi dan dimotori antara lain oleh orang-orang Bumiputera?
Baca Juga:Soal Seleksi Anggota DK OJK, Faisal Basri Sebut Sulit Mengukur Kinerja OJK karena Tak Diawasi
Saya mencoba mengingat-ingat sejak kapan orang Bumiputera asli, kader internal, disemati stigma tidak profesional oleh regulator. Dan saya menyimpulkan bahwa stigma itu hadir sejak kran perekrutan anggota Direksi dibuka untuk orang luar (sebelumnya semuanya kader internal). Apakah ada hubungannya, pak? Entahlah.
Tapi saya mencatat bahwa kemerosotan kinerja Bumiputera dan sejumlah skandal di bidang investasi justru semakin parah ketika profesional dari luar masuk ke Bumiputera.
Apakah ketidakprofesionalan SDM Bumiputera anda kaitkan dengan integritas? Integritas macam apa, pak Ris? Pihak Anda sudah menangkapi beberapa mantan anggota Direksi Bumiputera yang berasal dari kader internal, menjebloskannya ke penjara dengan tuduhan menggelapkan kekayaan perusahaan, ketika masalah klaim sudah semakin sulit dikendalikan.
Tapi apa keputusan pengadilan? Mereka bebas murni!!! Mereka tidak terbukti melakukan kesalahan sebagaimana yang Anda tuduhkan.
Ya, kader-kader Bumiputera memang bukan malaikat, pak. Mereka ada juga yang brengsek, ada juga yang menyalahgunakan kewenangan. Saya mantan direktur SDM. Jadi saya paham SDM Bumiputera se Indonesia.
Baca Juga:Banyak Ancaman, OJK Wacanakan Penagihan Pinjol Tidak Boleh Pakai Debt Collector
Tapi sebrengsek-brengseknya mereka, mereka hanyalah ‘pemain kampungan’. Kalau hasil ‘kejahatan’ mereka saya kumpulkan se Indonesia, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dana yang menguap karena skandal investasi semacam kasus Optima dan kasus Sugih, misalnya.
Mengapa pihak Anda lebih tertarik dengan kasus- kasus receh, dan bukan membongkar kasus-kasus besar yang membuat investasi Bumiputera bermasalah? Siapa orang di belakang kasus-kasus yang ditutup rapat itu? Mengapa Anda tidak mempersoalkan berapa uang Bumiputera yang melayang selama 2 tahun ketika statuter diberlakukan?
Pak Riswinandi yang saya muliakan,
Anda mungkin akan bertanya, jika orang Bumiputera profesional, mengapa perusahaan ini tidak sehat? Anda bicara ke media jika Bumiputera sudah ditemukan tidak sehat sejak 25 tahun yang lalu. Ah, Anda lagi-lagi bercanda, pak.
Anda benar-benar tidak paham dengan Bumiputera. Sejak kapan keuangan Bumiputera sehat jika diukur menggunakan Risk Based Capital (RBC)? Saya punya dokumen yang mencatat laporan keuangan awal-awal Bumiputera didirikan.
Dan saya jamin 100% perusahaan ini tidak layak beroperasi jika menggunakan ukuran-ukuran RBC. Saya bahkan menduga keuangan perusahaan ini tidak pernah sehat selama 110 tahun beroperasi jika diukur menggunakan RBC. Bayangkan, perusahaan dengan modal NOL RUPIAH, Anda mau ukur kesehatannya dengan mengaitkannya dengan modal!
Tapi pertanyaan besarnya: mengapa Bumiputera bisa bertahan hingga satu abad lebih? Mungkinkah perusahaan ini bisa bertahan jika dikelola orang-orang brengsek, padahal perusahaan ini nyaris tidak diawasi oleh ‘pemegang saham’?